
Konferensi pers virtual oleh Polda Metro Jaya
Konferensi pers virtual oleh Polda Metro Jaya
Cyberthreat.id - Subdit V Remaja, Anak, dan Wanita (Renakta) Ditreskrimum Polda Metro Jaya menangkap 15 tersangka terkait dugaan eksploitasi anak dengan menawarkan jasanya untuk pria hidung belang lewat aplikasi MiChat.
"Para korban dipasarkan melalui Michat kepada hidung belang dengan tarif yang sudah ditentukan oleh mereka di dalam penawaran tersebut, di aplikasi tersebut," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube Humas Polda Metro Jaya, Kamis (25 Februari 2021).
Sekedar informasi, seperti dikutip dari situs webnya, MiChat telah hadir sejak 2018 dan mengklaim sebagai aplikasi komunikasi untuk orang-orang terhubung dengan keluarga dan teman melalui fitur obrolan yang menyenangkan. MiChat punya fitur obrolan berbasis lokasi untuk menghubungkan sesama pengguna aplikasi dalam jarak dekat.
Logo aplikasi MiChat
Korban, kata Yusri, ditawarkan oleh para tersangka di aplikasi MiChat ini dengan harga antara Rp300 ribu sampai Rp500 ribu. Biaya itu disebut sebagai 'fee' yang harus dibayarkan para hidung belang setelah menginap bersama di suatu hotel maupun penginapan khusus.
Penangkapan 15 tersangka ini, kata Yusri, berdasarkan laporan yang masuk ke Polda Metro Jaya.
Yusri menjelaskan, tersangka berkenalan dengan korban melalui media sosial yang ada, seperti melalui Facebook, Instagram dan media sosial lainnya.
Dari situ,tersangka dan korban janjian bertemu di suatu tempat, kata Yusri. Ada juga pelaku yang menjadikan korban sebagai pacar, lalu diajak menginap.
Setelah itu, Yusri menjelaskan, barulah tersangka mengiming-imingkan kepada korban sesuatu yang enak seperti uang dan segala macamnya.
"Kemudian datanya itu masuk ke dalam data para tersangka, para mucikarinya ini. Setelah itu tersangka menggunakann aplikasi Michat untuk dipasarkan," ujarnya.
Yusri mengatakan secara keseluruhan korban ada 286, tetapi yang di bawah umur berjumlah 91 orang. Sisanya 195 lainnya berusia dewasa.
Saat ini beberapa anak di bawah umur berada di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani" Kementerian Sosial serta di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Yusri menjelaskan 15 tersangka ini beroperasi dari Januari - Februari 2021. Karena itu, Yusri mengatakan penyidik akan terus mendalami apakah kemungkinan masih ada korban yang lain.
Para tersangka dikenakan pasal 88 juncto 76 UU nomor 17 tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. Ancaman hukumannya 10 tahun penjara atau denda maksimal Rp200 juta. Kemudian, kata Yusri, dilapis juga dengan pasal 296 dan 506 KUHP.
Saat ini, kata Yusri, penyidik masih terus mendalami pria hidung belang yang memesan para korban melalui MiChat itu. Kata Yusri, mereka berpotensi dikenakan pasal 81 UU 17 tahun 2016 lantaran melakukan persetubuhan terhadap anak di bawah umur, dengan ancamannya 10-20 tahun penjara. []
Editor: Yuswardi A. Suud
Share: