
Ilustrasi | Foto: fotki.yandex.ru
Ilustrasi | Foto: fotki.yandex.ru
Jakarta, Cyberthreat.id - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyampaikan telah terjadi defisit neraca perdagangan jasa sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sejak 2011 hingga kini. Artinya aktivitas impor Indonesia pada sektor TIK lebih besar ketimbang ekspornya.
Menurut KEIN, komponen impor barang-barang informasi dan teknologi memiliki proporsi dan pertumbuhan impor yang terus meningkat sejak 2014. "Tingginya impor di sektor itu, baik barang dan jasa, tentunya memunculkan kekhawatiran mengingat teknologi sudah menjadi kebutuhan dasar," tulis KEIN terkait ringkasan hasil kajian persoalan transaksi berjalan di Jakarta, Rabu (26 Juni 2019).
Mengapa? Sebab, menurut KEIN, permintaan di sektor itu diyakini bakal kian meningkat di tahun-tahun ke depan.
Melihat tekanan defisit neraca perdagangan sektor TIK, KEIN berpendapat perlunya dilakukan subtitusi impor barang-barang teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK) sebesar 50 persen.
Menurut KEIN, untuk bisa merealisasikan simulasi tersebut butuh kebijakan strategis dan tepat. Salah satunya, mendorong penggunaan komoditas dan jasa sektor TIK dalam negeri untuk mengurangi beban biaya penggunaan HAKI dan impor barang/jasa sektor TIK.
Selain itu, "Pengembangan industri sektor TIK wajib dilakukan. Atau, bahkan menjadikan negara yang berhasil membangun industri TIK sebagai benchmarking untuk membangun dan mengembangkan sektor TIK nasional," tulis KEIN.
Selain sektor TIK, kondisi defisit neraca perdagangan juga dipengaruhi oleh komoditas lain. Menurut data UN Comtrade (lembaga statistik di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa), impor barang untuk komoditas mesin dan peralatan elektronik pada 2018 sebesar US$ 21,45 miliar atau setara 11,37 persen kontribusinya dari total impor Indonesia.
"Dengan nilai tersebut, impor komoditas mesin dan peralatan elektronik menempati posisi ketiga komponen impor terbesar setelah bahan bakar mineral dan reaktor nuklir dan permesinan," tulis KEIN. Selain itu, komponen impor terbesar juga berasal dari besi dan baja serta turunannya, plastik dan turunannya, serta kimia organik dan serelia.
KEIN adalah lembaga di bawah presiden yang bertugas mengkaji dan menyampaikan saran strategis dalam menentukan kebijakan ekonomi dan industri nasional kepada presiden.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengatakan, sektor TIK di Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan sebesar US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 19,7 triliun pada 2018.
Rudiantara menyebut kondisi itu terjadi lantaran Indonesia belum memiliki pusat penelitian dan pengembangan (puslitbang) khusus memproduksi teknologi. "Puslitbang kita tidak diarahkan ke sana (produksi teknologi)," ujar dia usai acara Techno-Fest Palapa Ring di Kantor Kemkominfo, Jakarta, Maret lalu.
Share: