
CEO Instagram Adam Mosseri | Foto: BBC
CEO Instagram Adam Mosseri | Foto: BBC
London, Cyberthreat.id – CEO Instagram, Adam Mosseri, menuturkan, bahwa perusahaan sulit menghentikan penindasan siber (cyberbullying) dengan sendirian karena masalah seperti itu terus bermunculan di platform.
Ia mengatakan, sebetulnya perusahaan juta tak ingin para pengguna Instagram mengalami depresi lantaran bullying. Kini bullying, kata dia, telah berubah dan berevolusi dengan adanya internet.
Awal Januari lalu, ia mengatakan, telah bertemu pemerintah Inggris membahas keselamatan dan keamanan di Instagram. Dalam pertemuan itu, kata Mosseri, pemerintah mengenalkan aturan keras bahwa perusahan media sosial akan diberi denda berat jika mereka tak mau bertanggung jawab atas apa yang muncul di platform.
Pada dasarnya, ia menyambut baik aturan tersebut dan memang dalam hal tertentu perlu diperketat, seperti penyebaran berita palsu atau hoaks. “Saya pikir regulasi secara keseluruhan diperlukan,” kata Mosseri dalam wawancara dengan BBC, Rabu (18 Juni 2-10).
“Kadang-kadang kami tidak nyaman dikritik dan kesalahan kami ditayangkan di depan umum, tapi saya pikir pada dasarnya itu (kritik) adalah dinamika yang sehat,” ia menambahkan.
Ia menuturkan, ketika masalah berkaitan Instagram muncul ke publik, perusahaan akan mencoba mengatasinya dengan cepat. Ia mencontohkan, munculnya gambar-gambar yang menyakiti diri sendiri (selfharm).
Pada 2017, seorang remaja Inggris bernama Molly Russell melakukan bunuh diri setelah melihat konten yang mempengaruhinya untuh menghabisi nyawanya sendiri. Keluarganya ternyata menemukan konten bunuh diri tersebut di perangkat remaja 14 tahun tersebut.
Ian, ayah Russell, meyakini bahwa Instagram ikut bertanggung jawab atas kematian putrinya. Gara-gara masalah itu, Instagram langsung merespons dengan mengumumkan bahwa perusahaan akan menghapus segala konten terkait selfharm.
Menurut dia, tak setiap konten bermasalah memiliki risiko sama. “Jadi, sebuah konten tentang mencelakai diri sendiri mungkin jauh lebih penting untuk diatasi ketimbang konten ketelanjangan,” kata dia.
Mosseri mengatakan, selama sembilan tahun sejak Instagram berdiri, perusahaan telah belajar sisi positif dan negatif dari perilaku jutaan orang.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: