IND | ENG
Kekerasan Seksual Siber: PartaiSocmed Jadi Sorotan Aktivis

Foto: RNZ

Kasus di Media Sosial
Kekerasan Seksual Siber: PartaiSocmed Jadi Sorotan Aktivis
Zulfikar Akbar Diposting : Rabu, 31 Juli 2019 - 21:48 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id - Kasus pelecehan seksual yang melibatkan salah satu akun dengan pengikut mencapai 173 ribu, @PartaiSocmed, menghebohkan linimasa hingga Rabu (31 Juli 2019). Tak pelak, tindakan pemilik akun anonim ini jadi sorotan para pegiat sosial media hingga aktivis perempuan.

Pasalnya, akun yang yang memperkenalkan diri sebagai Social Media Party tersebut, mengakhiri perdebatan seputar isu tiket pesawat dengan tindakan pelecehan sekaligus menjurus serangan seksual. 

Menurut penelusuran Cyberthreat.id, akun @PartaiSocmed ini sendiri memang memiliki afiliasi politik tertentu, sekaligus juga acap menyuarakan berbagai isu melalui linimasa twitter. Maka itu, sekalipun berstatus sebagai akun anonim, hampir setiap isu yang mereka gaungkan, mendapatkan perhatian ekstra dari banyak pengguna media sosial tersebut.

Tak terkecuali ketika sepanjang tiga bulan terakhir akun yang ditengarai dikelola secara kelompok tersebut mengangkat isu harga tiket pesawat, mampu memantik perdebatan panas. Tidak sedikit yang memberikan dukungan atas kampanye mereka lakukan, namun di sisi lain, akun tersebut pun kerap terlibat pertarungan narasi dengan berbagai akun lainnya.

Teranyar, N (36) pemilik akun @mam*** menjadi sasaran akun tersebut. Alih-alih berdiskusi dengan fokus atas isu yang mereka gaungkan, justru akun tersebut membalas dengan kalimat bernada melecehkan. Mereka menggunakan kalimat "MILF squ***" yang ditujukan kepada pemilik akun sasaran. 

Tak berhenti di situ, berbagai akun yang diduga sebagai bagian komunitas tersebut pun saling berbalas pesan seirama dengan kalimat-kalimat bernada serangan secara seksual. Bahkan, serangan-serangan mengarah pada tindakan cyber-bullying pun diarahkan terhadap N. 

Maka itu, berbagai pegiat media sosial twitter hingga aktivis perempuan pun memberikan kecaman keras terhadap @PartaiSocmed, pasalnya tindakan pemilik akun tersebut dinilai sudah melakukan serangan secara seksual.

Sasaran dari akun @PartaiSocmed tersebut pun tak hanya menimpa satu orang. Sebut saja R dan EV pun menjadi sasaran pelecehan dilakukan akun berjumlah besar tersebut.

"Gara-gara debat tiket mahal dan mereka ngamuk, karena saya bisa beli tiket mahal, mereka kalap ngatain aku dengan kata-kata kasar," kata V. "Kata-kata pelacur buzzer bayaran, l*nte miskin."

Salah satu influencer, Hariadhi, menceritakan bahwa di awal-awal kemunculan akun @PartaiSocmed tersebut, banyak hal positif yang diusung. Terlebih ia sendiri sempat membantu organisasi di media sosial tersebut pada 2013 lalu, dan akhirnya memilih keluar.

"Dulu mereka banyak melakukan edukasi," kata Hariadhi. "Namun akhir-akhir ini saja, entah kenapa, mereka sering mengarahkan sasaran terhadap banyak pihak. Asalkan berbeda, maka mereka serang. Bahkan, sering saya temukan mereka menyerang kaum perempuan."

Ia mencontohkan saat kontestasi pemilihan umum memanas, @PartaiSocmed acap menyasar kalangan perempuan. Bahkan salah satu mantan wartawati yang berada di pihak salah satu capres, jadi sasaran kelompok yang bernaung di bawah payung akun tersebut.

Hariadhi memperlihatkan foto wartawati berinisial NSD di postingan akun tersebut dan dilengkapi dengan narasi, "Wartawati pelacur itu bernama NSD (dengan nama lengkap)."

Persoalan ini juga menjadi sorotan lembaga pemberdayaan perempuan Kalyanamitra. Listyowati, ketua organisasi pemberdayaan perempuan tersebut menilai tindakan ini adalah pelecehan seksual. "Itu adalah pelecehan seksual via cyber dan ini juga adalah kekerasan seksual," katanya. 

Satu hal yang ia sayangkan adalah fakta bahwa selama ini di ranah siber pun perempuan tidak mendapatkan perlindungan dengan baik. "Korban sering sulit mendapatkan keadilan dan perlindungan secara hukum," katanya lagi.

Di sisi lain, aktivis yang juga akrab disapa Lilis ini juga menilai bahwa kasus yang dapat terjadi via siber memang sangat beragam. "Banyak kasus via siber sulit diproses," katanya lebih jauh. "Hal ini yang membuat banyak korban hingga banyak yang memilih untuk tidak membuka--setelah mengalami kekerasan via siber."

Meskipun begitu, Lilis mengimbau agar tindakan pelecehan hingga menjurus kekerasan seksual tetap perlu dilaporkan kepada aparat berwajib. "Untuk tindakan yang sudah beraroma pelecehan dan kekerasan seksual, tetap lebih baik dilaporkan--ke polisi. Terpenting, lengkapi laporan dengan bukti-bukti," ia memberikan saran.[]

 

 

.

#PartaiSocmed   #CyberBullying   #SexualHarrasment   #KejahatanSiber   #KejahatanCyber

Share:




BACA JUGA
Polri Bentuk Direktorat Khusus Atasi Kejahatan Siber?
Modus Penipuan Berkedok Freelance. Disuruh 'Like' & 'Subscribe' Video YouTube
Muncul Pasar Dark Web Baru Bernama STYX. Tawarkan Pencucian Uang hingga Sewa Malware
Pemilik juga Admin BreachForums 'Pompompurin' Dicokok FBI
Mengamankan Aset Digital dari Penipuan Online