IND | ENG
Kembang Kempis Toko Musik Dihantam Industri Digital

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Kembang Kempis Toko Musik Dihantam Industri Digital
Andi Nugroho Diposting : Minggu, 28 Juli 2019 - 10:38 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id - Siapa yang kini masih pergi ke toko musik?

Kini hampir-hampir musisi tak lagi memperhatikan penjulan album musiknya. Kaset sudah lewat. VCD dan DVD pun tergerus MP3. Belum lagi file-file bajakan yang berserak di dunia maya yang diunduh mana suka. YouTube telah menjadi raksasa yang mencaplok hal itu semua.

Semua itu melebur pada sebuah channel di YouTube: album full Slank, album slow rock 1990-an, album Iwan Fals, dan lain-lain. Anda cukup mengetikkan itu di YouTube dan bisa diunduh, lalu dinikmati sepanjang waktu tanpa takut rusak karena debu atau terbaret seperti layaknya DVD, terlepas itu bahwa itu produk ilegal.

YouTube menjadi media sosial video tertinggi yang diakses pengguna internet di Indonesia, demikian hasil survei APJII 2018. Bahkan, aktivitas pengguna internet yaitu sekitar 45,3 persen adalah menonton video/film ketika mereka mengakses internet.

YouTube pun bersing dengan aplikasi streaming pemutar musik seperti Spotitfy, Joox, Apple Music, SoundCloud,Deezer dan lain-lain. Maka di sinilah, toko musik kembang kempis: mati tak segan, hidup pun tak mampu.

Masih ingat dengan toko musik Aquarius Mahakam, Blok M, Jakarta yang berdiri sejak 1979? Pemilik lebih dulu menutupnya pada 2013 lantaran penjualan merosot tajam dihantam produk bajakan dan masuknya digitalisasi.

Berselang dua tahun, giliran toko musik Duta Suara ikut serta menutup satu per satu cabangnya. Kini, hanya satu toko di bilangan Sabang, Jakarta Pusat, saja yang masih mengusung nama Duta Suara.

Nasib lebih tragis dialami Disc Tarra menyusul penutupan 40 gerai di seluruh Indonesia. Alasannya, penjualan album fisik musik terus menurun dari tahun ke tahun, demikian tulis Antaranewes.com, yang diakses Minggu (28 Juli 2019).

Toko-toko musik album fisik juga berguguran di Amerika Serikat. Ambil contoh jaringan toko musik terbesar di Negeri Paman Sam, RadioShack. Perusahaan yang didirikan Milton Deutschmann dan Theodore Detuschmann pada 1921 itu terpaksa menutup 1.100 cabang pada 2014.

Memang, segelintir toko musik seperti Musik Plus dan Harika Music masih membuka gerai mereka di pusat-pusat perbelanjaan. Hanya saja, jumlah mereka dapat terhitung dengan jari kedua tangan.

Sepi pengunjung

Duta Suara masih setia membuka pintu toko bagi mereka yang mengoleksi album fisik nusantara serta mancanegara.

Gerai satu-satunya di Jalan Agus Salim, atau akrab dikenal Jalan Sabang, Jakarta Pusat itu telah menjual album fisik selama lebih dari 40 tahun

Duta Suara, dalam perjalanan bisnisnya, sempat memiliki 14 cabang di berbagai tempat termasuk di pusat-pusat perbelanjaan ternama di Jakarta dan terpaksa gulung tikar pada pertengahan periode 2000-an.

Kemasan album kaset, compact disc (CD), video compact disc (VCD), hingga piringan hitam musikus dalam dan luar negeri masih tertata rapi untuk dikoleksi

Selain album musik fisik, para pengunjung toko juga dapat memilih beragam judul film lebar yang terbungkus digital versatile disc (DVD). Begitu pula, aksesoris perangkat musik seperti pengeras suara di kepala (headset).

Hary, salah satu staf toko musik Duta Suara, mengakui penurunan jumlah pembeli, bahkan pengunjung ke toko yang populer pada 1980an itu. Pada masa jayanya, Duta Suara menjadi rujukan dan lokasi berkumpul kawula muda Jakarta, apalagi saat album baru musisi ternama tiba di pasar.

Duta Suara, menurut Hary, tidak menampik kehadiran layanan musik digital sebagai mengubah kebiasaan pendengar musik yang berujung pada kemerosotan penjualan album fisik di toko itu. "Makanya, sekarang sih masih ada (pembeli). Cuma, (mereka) yang datang kebanyakan (adalah) orang-orang kolektor," ujar Hary.

Sejumlah produsen dan label musik yang tidak lagi merilis album fisik menjadi ancaman ain bagi Duta Suara untuk menyajikan koleksi bagi para penggemarnya demi eksistensi toko. "Dari major label sudah kurang, tapi kebanyakan sekarang dari indie label," kata Hary tentang kehadiran album fisik musik di tokonya.

Setidaknya, Duta Suara masih merasa beruntung walau menyisakan satu toko di kawasan Sabang Jakarta. Kepemilikan bangunan toko itu masih satu nama dengan pemilik nama toko sehingga tidak perlu merogoh ongkos sewa.

Masih dibutuhkan

Pengamat musik Idhar Resmadi mengatakan tidak semua musikus meluncurkan album dalam format digital. Penikmat album fisik juga masih ada walau jumlahnya menurun.

Namun, Idhar berharap toko-toko album musik fisik tidak tergantung dengan model bisnis konvensional agar tidak tergilas perubahan zaman. “Toko musik itu perlu berubah, tidak sekadar jualan album musik fisik. Mereka juga bisa menjual berbagai suvenir terkait musik," kata Idhar seperti dikutip dari Antaranews.com.

Selain itu, toko musik juga perlu membangun kepercayaan para pelanggan agar dapat kembali berjaya. Para kolektor album fisik juga perlu dilibatkan dan dianggap sebagai bagian dari apa yang mereka cintai, yaitu musik yang mereka nikmati.

#tokomusik   #musikdigital   #streamingmusic   #musicstreaming   #joox   #youtube   #spotify   #dvd   #mp3   #dutasuara

Share:




BACA JUGA
Kanal Youtube Diretas karena Konten Kritis? Begini Kata Akbar Faizal
Perkenalkan YouTube Create, Alat Baru untuk Edit Video di Ponsel
Akun Youtube DPR RI Diretas, Apa Kata BSSN?
Youtube Uji Coba Pembatasan Iklan Pada Pengguna Hingga 3 Kali
Modus Penipuan Berkedok Freelance. Disuruh 'Like' & 'Subscribe' Video YouTube