
illustrasi
illustrasi
Cyberthreat.id – Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan mengatakan, sepanjang 2022, Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Dittipideksus) telah menangani 10 kasus investasi bodong dan robot trading.
“Enam di antaranya kini telah dilimpahkan ke Kejaksaan Agung (Kejagung). Sisanya, masih dalam proses penyidikan,” kata Ramadhan dalam keterangan yang diterima, Kamis (29/9).
Ramadhan mengatakan, berkas perkara yang telah dinyatakan lengkap dan tahap II adalah kasus penipuan dan tindak pidana pencucian uang binary option atau opsi biner aplikasi Binomo. Serta kasus penipuan robot trading PT Trust Global Karya atau Viral Blast.
Sementara itu, kasus penipuan binary option dengan aplikasi EPS. Kasus penjualan aplikasi robot trading Evotrade. Kasus dugaan tindak pidana dugaan penipuan investasi dengan robot trading dengan aplikasi Fahrenheit. Terakhir, kasus penipuan investasi bodong menggunakan robot trading aplikasi DNA Pro.
“Perkara yang masih dalam penyidikan adalah Mark AL. Auto Trade Goal, NEt 89 dan EA Copet. EA Copet ini yang sudah dalam penetapan tersangka,” kata Ramadhan.
Ramadhan menjelaskan, penanganan kasus Mark AL dilakukian berdasarkan Laporan Polisi nomor LP/B/0680/XI/2021/Bareskrim Polri tertanggal 9 November 2021 tentang Tindak Pidana Penggelapan, Penipuan, dan TPPU aplikasi trading kripto dengan sistem arbitrase.
Berdasarkan penyidikan, pihak kepolisian menduga para korban menginvestasikan uang senilai Rp500-Rp9 miliar ke Mark AL. Para korban dijanjikan mendapatkan keuntungan sebesar 1,3% sampai 1,5% per hari.
"Atas kejadian tersebut para korban mengalami kerugian yang cukup besar yaitu mencapai angka Rp25 miliar. Saat ini masih terus dilakukan proses penyidikan," tambah Ramadhan.
Kemudian, kasus Auto Trade Goal ditangani berdasarkan Laporan Polisi nomor LP B/0170/IV/2022/Bareskrim Polri tanggal 11 April 2022 tentang Tindak Pidana Penggelapan, Penipuan Perdagangan, dan TPPU. Terkait investasi ini pihak Auto Trade Goal menawarkan keuntungan sebanyak 20% per bulan kepada para member-nya.
Terkait kasus EA Copet merupakan tindaklanjut dari Laporan Polisi nomor LP B/0121/III/2022/ Bareskrim Polri tanggal 15 Maret 2022 tentang Tindak Pidana Penggelapan, Penipuan, Perlindungan Konsumen dan TPPU. Pihak EA Copet diketahui melakukan penjualan komoditi emas tanpa izin dengan estimasi keuntungan 5% sampai dengan 30% per bulan.
Terakhir, kasus penipuan PT Kresna Sekuritas. Kasus ini ditangani berdasarkan laporan polisi bernomor LP/171/III/2021/Bareskrim Polri tanggal 16 Maret 2021 dan LP/B/1168/VII/2021/Polda Sumatera Utara tanggal 22 Juli 2021.
Dari penyidikan yang dilakukan diketahui, sejak 2014 hingga 2020, Kresna Sekuritas melakukan tindak pidana penipuan dengan modus menawarkan produk investasi tanpa izin dan menjanjikan keuntungan 9-12% per tahun. Mereka beraksi di wilayah Surabaya dan beberapa wilayah lainnya.
"Dan melakukan transaksi atas rekening efek para korban tanpa instruksi, serta melakukan transaksi semu atas saham kren dan asbe. Atas peristiwa tersebut, sembilan korban yang terdiri dari tujuh perorangan dan dua perusahaan mengalami kerugian mencapai Rp 337,4 miliar," papar Ramadhan.
Dalam kasus ini telah ditetapkan tiga tersangka yakni OJ selaku Direktur Utama PT Kresna Sekuritas. Dia berperan memerintahkan untuk melakukan transaksi jual dan beli saham rekening efek para korban.
Kemudian, MS selaku Direktur Utama PT Pusaka Utama Persada. Dia berperan menandatangani perjanjian investasi jual beli saham dan memberi instruksi transaksi atas rekening efek korban kepada Kresna Sekuritas. Terakhir, EH selaku Direktur PT Makmur Sejahtera Lestari. Dalam kasus ini dia berperan menandatangani perjanjian investasi jual beli saham dan memberi instruksi transaksi atas rekening efek korban.
“Perkembangannya berkas perkara kasus ini sudah diserahkan ke jaksa penuntut umum,” tandas Ramadhan.
Share: