
MiChat | Foto: Google Play Store
MiChat | Foto: Google Play Store
Cyberthreat.id – Polda Metro Jaya menangkap 15 tersangka yang diduga menjual 91 anak di bawah umur melalui aplikasi MiChat kepada hidung belang.
MiChat secara umum serupa dengan aplikasi jejaring sosial lainnya. Aplikasi ini diberi nama sesuai dengan perusahaan pengembangnya, yaitu Michat Pte Limited dan dirilis pada 10 April 2018.
Pengembang MiChat diketahui berbasis di Singapura. Di situs webnya (https://www.michat.sg), MiChat mengklaim sebagai aplikasi komunikasi untuk orang-orang terhubung dengan keluarga dan teman. Layaknya seperti Telegram dan WhatsApp, aplikasi MiChat diperuntukan juga untuk pengiriman pesan teks, gambar, video, pesan suara serta bisa membuat grup obrolan.
Hanya, kekurangannya, MiChat tidak bisa digunakan untuk menelepon atauu panggilan video.
MiChat tersedia gratis bagi pengguna sistem operasi iOS maupun Android melalui toko aplikasi.
Di Google Play Store, aplikasi berukuran 30 megabita (MB) ini telah diunduh sebanyak 50 juta lebih dengan penilaian 4,4 dari 795.619 ulasan.
Di toko aplikasi iOS, App Store, MiChat telah diulas oleh 14.000 pengguna dengan total penilaian 4,5, dan berada pada peringkat ke-8 jejaring sosial. Dan, ditandai sebagai aplikasi 17+.
Anehnya, di Play Store, aplikasi tersebut ditandai untuk 3+. Untuk perangkat Android, aplikasi juga baru diperbarui pada 10 Februari 2021.
Fitur yang disediakan
Beberapa hal yang ditawarkan MiChat, antara lain bertemu dengan teman-teman baru melalui fitur "Pengguna di Sekitar" dan "Pohon Pesan".
Jika menggunakan fitur "Pengguna di Sekitar", MiChat mengklaim akan menampilkan orang-orang dalam jangkauan sekitar 50 meter hingga 1 kilometer.
Berbeda dengan fitur itu, "Pohon Pesan" tak memerlukan mencari orang di sekitar melainkan pengguna dapat menggantungkan sebuah pesan di “sebuah pohon” atau “memetik pesan di pohon”.
MiChat pun mengklaim fitur tersebut bisa untuk mencari jodoh. Tak hanya mendukung pesan teks, pengguna dalam “pohon pesan” itu bisa menggantungkan pesan suara juga.
Cyberthreat.id pun mencoba memasang MiChat di iPhone, saat pertama kali membukanya muncul permintaan akses terhadap kontak sebelum pada akhirnya mendaftarkan diri untuk MiChat.
Namun, saya melanjutkan untuk mendaftarkan diri tanpa akses kontak.
MiChat pun meminta nomor ponsel saja. Setelah itu, pengguna akan diminta memasukkan kode One-Time-Password(OTP), lalu memasukkan nama dan foto. Muncul rekomendasi tema,n lalu meminta izin untuk mengirim pemberitahuan terkait aplikasi.
Ternyata, setelah mengisi data diri, aplikasi diizinka nakses kontak jika ingin aplikasi bisa berfungsi.
Ketika mengizinkannya, aplikasi langsung terbuka dan tampilan menunya hampir sama dengan aplikasi perpesanan LINE di mana menu disisipkan pada bagian bawah layar. Pada pertama kali itu, ada satu obrolan bernama "Pohon Chat" di menu "Chat".
Cyberthreat.id pun mencobanya menulis "Test" pada fitur “Pohon Chat” dan ketika meninggalkannya menyusuri fitur lainnya nada dering notifikasi ponsel tiba-tiba berbunyi, berasal dari pengguna lain yang membalas teks yang ditulis di “Pohon Chat”.
Ada fitur "Pengguna di Sekitar" di menu "Teman"yang hanya bisa digunakan dengan mengizinkan akses lokasi ke aplikasi.
Cyberthreat.id mengizinkan akses lokasi, dan muncullah berbagai pesan masuk ke akun, di antaranya menyapa hingga ada yang bertanya "BO" atau istilah yang dikenal sebagai prostitusi online.
Peringatan prostitusi online
Tampaknya pengembang MiChat sudah tahu bahwa aplikasinya disalahgunakan oleh pengguna, khususnya prostitusi online.
Ini ditandai dengan peringatan dari pengembang yang ditaruh di atas layar pada fitur "Pengguna di Sekitar"—pengembang menghimbau pengguna agar menjaga informasi pribadinya.
"Demi keamanan anda, jangan menginfokan informasi pribadi anda yang penting. Mohon menggunakan aplikasi dengan bertanggungjawab dan ikuti peraturan yang berlaku. Dilarang melakukan perdagangan seksual dalam bentuk apa pun, waspadalah terhadap penipuan judi." tulis MiChat.
Dalam panduan komunitasnya di akses dari situs resminya, Kamis (25 Februari), MiChat menuliskan tujuan aplikasinya ini untuk menghubungkan pengguna lain, dan tidak memperbolehkan aplikasinya digunakan antara lain:
Terkait prostitusi atau permintaan seksual, MiChat mengklaim bahwa aplikasinya bukan merupakan media untuk prostitusi, permintaan seksual ataupun perdagangan manusia.
Jika ada pengguna melakukan hal tersebut, tutur pengembang, itu termasuk sebagai tindakan yang sangat menyalahgunakan layanannya.
"Kami juga dapat membatasi akses dan penggunaan Anda untuk fungsi tertentu. Tanpa pemberitahuan apa pun kepada Anda, kami akan menghapus konten apa pun yang menyinggung," tuli pengembang.
Sejak lama disorot pemerintah
MiChat sejak lama disorot oleh Kementerian Kominfo RI sejak Menteri Rudiantara lantaran aktivitas penggunanya yang cenderung untuk prostitusi online.
Jika Anda ketik kata kunci “MiChat’ di Google, mesin algoritmanya akan banyak mengindeks tentang MiChat dan prostitusi.
Pada 2019, Menteri Kominfo saat itu, Rudiantara, sempat berdiskusi dengan MiChat terkait prostitusi online di Surabaya, Jawa Timur. Ia pun menyarankan agar pengembang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memfilter konten yang beredar di platformnya.
Pada 2020, MiChat juga bikin heboh lagi karena seorang anggota DPR RI dari fraksi Gerindra Andre Rosiade menjebak dan menangkap pekerja seks komersial (PSK) di aplikasi tersebut.
Terakhir, pada Februari 2021, Polda Metro Jaya mengungkap prostitusi online melalui Michat. Ada 91 anak di bawah umur dijual melalui aplikasi ini oleh 15 tersangka yang telah ditangkap. (Baca: Jual Anak di Bawah Umur Lewat Aplikasi MiChat, 15 Tersangka Ditangkap).
Redaktur: Andi Nugroho
Share: