
Gitanjali Rao, ilmuwan cilik pertama yang jadi Kid of The Year versi Majalah TIME
Gitanjali Rao, ilmuwan cilik pertama yang jadi Kid of The Year versi Majalah TIME
Cyberthreat.id - Gadis remaja bernama Gitanjali Rao, baru-baru ini dinobatkan sebagai Kid Of Year oleh majalah Time karena berbagai temuannya di bidang teknologi.
Dikutip dari Time , gadis berusia 15 tahun asal Denver, Colorado, Amerika Serikat, menemukan berbagai macam teknologi untuk mengatasi berbagai masalah. Mulai dari air minum yang terkontaminasi, kecanduan opioid, hingga penggunaan AI untuk mendeteksi cyberbullying atau perundungan di dunia maya.
Lembaga PBB Unicef mendefinisikan cyberbullying sebagai, "bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel. Adapun menurut Think Before Text, cyberbullying adalah perilaku agresif dan bertujuan yang dilakukan suatu kelompok atau individu, menggunakan media elektronik, secara berulang-ulang dari waktu ke waktu, terhadap seseorang yang dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas tindakan tersebut. "
Dalam wawancaranya bersama aktris Angelina Jolie, Rao mengatakan sejak duduk di kelas 2 atau 3 sekolah dasar, ia mulai berpikir tentang bagaimana kita dapat menggunakan sains dan teknologi untuk menciptakan perubahan sosial.
"Tujuan saya, hanya untuk membuat seseorang bahagia, dan itu segera berubah menjadi, Bagaimana kita bisa membawa kepositifan dan komunitas ke tempat kita tinggal?," ungkap Rao kepada Jolie dalam wawancaranya melalui Zoom.
Salah satu penemuan teknologi yang cukup menarik adalah pencegah cyberbullying lewat aplikasi bernama Kindly. Rao mengatakan, Kindly merupakan aplikasi dan ekstensi Chrome yang mampu mendeteksi cyberbullying pada tahap awal, dengan memanfaatkan Artificial Intellegence (AI).
Dikutip dari website resmi Kindly, banyaknya kasus cyberbullying yang terjadi membuat Rao memutuskan untuk meciptakan teknologi pencegah cyberbullying, untuk membuat siswa di seluruh dunia merasa lebih aman di sekolah.
"1 dari 5 siswa yang ada di Amerika mengalami cyberbullying, dan Kindly adalah salah satu teknologi yang dapat mengakhiri Cyberbullying," ujarnya.
Teknologi Kindly ini dapat mendeteksi dan mencegah cyberbullying berdasarkan algoritma Natural Language Understanding / Processing Artificial Intelligence. Kindly, juga dapat dijalankan pada berbagai platform berbeda, mulai dari web maupun aplikasi di ponsel android.
"Pengguna dapat mencobanya melalui aplikasi di android dan dari Ekstensi / Plug-In Chrome yang dapat digunakan untuk browser web online seperti Twitter, Instagram, Gmail, dll."
Rao bercerita, saat mengembangkan Kindly ia mulai membuat semacam hard-code yang dirangkai dalam beberapa kata yang dapat dianggap sebagai penindasan. Mesin tersebut akan mengambil kata-kata yang dituliskan di internet, dan akan mengidentifikasi kata-kata yang mirip.
"Pengguna cukup mengetik kata atau frasa, dan ia dapat mengambilnya jika itu penindasan, dan akan memberi pengguna opsi untuk mengedit atau mengirimkannya sebagaimana adanya."
Rao mengatakan, tujuan dibuatnya Kindly bukanlah untuk menghukum seseorang yang ingin membully orang lain. Melainkan untuk memberikan mereka kesempatan untuk memikirkan kembali apa yang akan disampaikannya kepada orang lain.
Tujuannya di masa depan
Rao menambahkan, tujuannya saat ini tidak hanya membuat berbagai perangkat teknologi untuk memecahkan masalah yang ada di dunia, tetapi juga mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama dengannya.
"Jadi yang sekarang saya lakukan adalah, mengamati, bertukar pikiran, meneliti, membangun."
Saat ini, Rao telah bekerja sama dengan sekolah di daerah pinggiran, anak perempuan lain di organisasi STEM, museum di seluruh dunia, dan organisasi yang lebih besar seperti grup Sains dan Teknologi Pemuda Internasional Shanghai dan Royal Academy of Engineering di London untuk menjalankan lokakarya inovasi.
"Saya pikir jika kita memberi mereka ide yang kemudian dapat mereka bangun, maka itu mengubah segalanya."
Rao mengatakan, saat ini ia tengah membimbing 30.000 siswa yang bergabung dalam komunitas inovator, superexciting. Ia berharap para siswa ini mampu menemukan berbagai inovasi yang dapat membantu memecahkan masalah-masalah yang ada di dunia. []
Editor: Yuswardi A. Suud
Share: