
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Prof. Nizam | Foto: Tangkapan layar Cyberthreat.id/Oktarina Paramitha Sandy
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Prof. Nizam | Foto: Tangkapan layar Cyberthreat.id/Oktarina Paramitha Sandy
Cybertreat.id – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Prof. Nizam, mengatakan banyak inovasi yang lahir selama pandemi Covid-19.
Menurut Nizam, pandemi virus corona tidak hanya mentransformasi proses pendidikan, tetapi juga menumbuhkan kegiatan kemahasiswaan dan inovasi.
"Kampus mampu melakukan tranformasi pembelajaran dan kegiatan mahasiswa lain seperti bergabung dalam relawan kesehatan secara daring, KKN tematik, kampus mengajar, duta perubahan perilaku, kampus merdeka, dan lain-lain," ujar Nizam dalam talk show bertajuk “Inovasi Teknologi di Masa Pandemi: Solusi untuk Negeri” yang diselenggarakan Cyberthreat.id melalui aplikasi telekonferensi video Jumpa.id, Senin (2 November 2020).
Salah satu inovasi teknologi yang dikembangkan oleh perguruan tinggi di Indonesia, misalnya, di bidang kesehatan adalah robot pintar yang diciptakan untuk membantu tenaga medis merawat pasien Covid-19.
Pada Juni lalu, seperti dikutip dari Liputan6.com, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Universitas Airlangga menciptakan sejumlah robot pintar.
Nama-nama robot itu seperti Ultra Violet ITS-Airlangga (Violeta) yang membantu sterilisasi ruangan perawatan pasien. Robot Medical Assistant ITS-Unair (Raisa) dirancang untuk melayani pasien, seperti mengantar makanan, pakaian, atau obat-obatan. Robot Raisa juga mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan medis.
Selain itu, ada juga ventilator, masker, dan alat kesehatan lainnya yang digunakan untuk menghadapi pandemi.
"Kami terus mendorong agar inovasi ini terus terjadi, dan perguruan tinggi kami harapkan menjadi tulang punggung inovasi," tutur Nizam.
Adanya pandemi juga membuat lebih dari 4.000 institusi pendidikan tinggi di Indonesia melakukan proses belajar mengajar secara daring.
Pembelajaran daring tersebut dimulai sejak Maret 2020 yang berkoordinasi dengan Kementerian Kominfo dan provider internet untuk bisa memberikan paket internet ramah mahasiswa.
"Saat itu kami belum punya anggaran, jadi kami memanfaatkan akses-akses ke sumber belajar daring yang disediakan Kemendikbud dan Dikti. Di perguruan tinggi sejak April lalu, aksesnya sudah gratis, kecuali memanfaatkan platform daring dari luar," ujarnya.
Untuk mendukung proses pembelajaran daring ini, Ditjen Dikti menciptakan sistem pembelajaran baru selama pembelajaran dari rumah berlangsung yaitu Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA).
SPADA memberikan peluang bagi mahasiswa dari satu perguruan tinggi tertentu untuk dapat mengikuti suatu mata kuliah dari perguruan tinggi lain dan hasil belajarnya diakui oleh perguruan tinggi dimana mahasiswa tersebut terdaftar.
"SPADA telah memiliki 179 provider, 210 partner, 23.093 mahasiswa, dan lebih dari 252 content sharing," ujar Nizam.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: