
Ilustrasi TikTok
Ilustrasi TikTok
Cyberthreat.id - Seperti hampir semua platform teknologi berbasis internet, aplikasi TikTok tidak hanya menyimpan konten video yang dibuat penggunanya, tetapi juga metadata. Jika sewaktu-waktu pengguna TikTok berurusan dengan polisi, data itu bisa diserahkan ke penegak hukum jika polisi memintanya.
Dilansir dari Business Insider, sebuah dokumen yang merupakan bagian dari 296 GB data rahasia polisi Amerika --yang dibocorkan oleh kelompok The Distributed Denial of Secrets (DDoScrets) beberapa waktu lalu-- mengungkap data apa saja yang diserahkan TikTok saat penggunanya berurusan dengan polisi. (Baca: Hacker Rilis Data 200 Departemen Kepolisian Amerika, 89 Diantaranya Terkait Indonesia).
Bocoran dokumen itu memperlihatkan data yang diserahkan mencakup nomor telepon, merek dan model ponsel yang digunakan, tanggal pendaftaran, dan daftar alamat IP yang dipakai untuk masuk ke TikTok.
Ada juga rincian tentang akun media sosial lain yang terhubung dengan akun TikTok. Dalam kasus yang dilaporkan itu, pengguna mendaftar untuk masuk ke TikTok lewat Facebook, dan termasuk ID unik yang terkait ke akun Facebook-nya.
Data pengguna TikTok yang dikirim ke polisi di Amerika
Meskipun tidak termasuk dalam dokumen tersebut, ketentuan layanan TikTok menyebutkan bahwa perusahaan juga bisa mengirimkan ke penegak hukum data log pengguna seperti video apa saja yang dibuat dan diunggah, komentar, dan interaksi pengguna. TikTok juga menyebut bisa saja mengirim informasi yang diperoleh dari orang yang mengunduh aplikasinya meskipun tidak pernah membuat akun.
Laporan transparansi TikTok pada 2019 menyebutkan, perusahaan menerima 100 permintaan dari penegak hukum AS yang melibatkan 107 akun pada semester kedua 2019, dan memenuhi 82 permintaan.
Baru-baru ini TikTok mengumumkan akan menarik diri dari Hong Kong terkait pemberlakukan undang-undang baru yang mewajibkan perusahaan teknologi mematuhi aturan berbagi data kepada pemerintah. (Baca: Merespons UU Keamanan Nasional Baru, TikTok Bersiap Hengkang dari Hong Kong).
Di sisi lain, Pemerintah Amerika mengumumkan akan sedang mempertimbangkan untuk memblokir TikTok menyusul kebijakan serupa yang telah diterapkan oleh pemerintah India. Penyebabnya: TikTok dikhawatirkan berbagi data dengan pemerintah China meskipun sejauh ini belum ada bukti konkrit. (Baca: Setelah India, Amerika Pertimbangkan Blokir TikTok).
Uniknya, meskipun TikTok sedang diterpa isu keamanan dan pemblokiran, Sensor Tower baru-baru ini melaporkan bahwa TikTok adalah aplikasi terbanyak diunduh di seluruh dunia sepanjang Juni 2020. Dibanding Juni 2019, terjadi peningkatan 52,7 persen.[]
Share: