Cyberthreat.id – OpenAI, pengembang di balik kecerdasan buatan ChatGPT, menambah fitur baru yang tidak menyimpan riwayat percakapan penggunanya. Fitur "incognito mode" ini tak ubahnya yang diterapkan di sejumlah peramban web (web browser) utama.

Penambahan fitur tersebut karena perusahaan terus disoroti tentang privasi dan keamanan penggunanya. Sebelumnya, Italia melarang ChatGPT karena dianggap melanggar aturan privasi negara tersebut. Lembaga otoritas privasi negara itu pun menuntut agar OpenAI mengubah platform dengan memberika alat kepada konsumen untuk menolak pemrosesan data pengguna. Prancis dan Spanyol juga ikut serta dalam kritik yang sama dan sedang menyelidiki ChatGPT.

Selain penambahan fitur "incognito mode" atau mode penyamaran, OpenAI mengatakan, sedang menyiapkan ChatGPT Business, layanan berlangganan yang diberi kemampuan fitur kontrol data lebih lanjut.

Chief Technology Officer (CTO) OpenAI, Mira Murati, mengatakan, fitur-fitur baru tersebut dimunculkan bukan karena larangan ChatGPT di Italia, tapi sudah dikerjakan selama berbulan-bulan dan memang ingin menempatkan pengguna sebagai kontrol terhadap proses pengumpulan data.

Ia menekankan bahwa perusahaan mematuhi undang-undang privasi Eropa. "Kami akan bergerak ke arah untuk memprioritaskan privasi pengguna," kata Murati kepada Reuters, diakses Rabu (26 April 2023).

Harus diakui, kata dia, segala informasi pengguna sangat membantu OpenAI membuat perangkat lunaknya lebih andal dan mengurangi bias politik.

Dalam fitur baru, pengguna saat ini bisa mematikan "Riwayat Obrolan & Pelatihan" di pengaturan dan bisa mengekspor data mereka.

Namun, Nicholas Turley, kepala produk OpenAI, mengatakan perusahaan masih akan menyimpan percakapan selama 30 hari untuk memantau penyalahgunaan sebelum menghapusnya secara permanen.

Menyangkut layanan berlangganan ChatGPT Business bagi perusahaan yang tersedia dalam beberapa bulan mendatang tidak akan menggunakan percakapan untuk pelatihan model AI secara default, kata Turley.[]