
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Pemerintah mengklaim panjang jaringan infrastruktur internet (dalam bentuk serat optik) yang menjadi tulang punggung di Indonesia saat ini mencapai kurang lebih 348.442 kilometer (km).
“Kalau kita bandingkan dengan Bumi, [keliling] lingkarannya cuma 40.000 km, berarti sudah ada delapan kali [keliling] lingkaran Bumi yang kami bangun,” ujar Plt Direktur Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Ikhsan Baidirus, Selasa ( 14 Juli 2020).
Dengan kondisi itu, “Negara Indonesia, negara besar, [pembangunan] itu sangat tidak mudah. Oleh karena itu, kita bisa bayangkan betapa dahsyatnya pembangunan ini,” ujar dia dalam seminar daring (sedaring) bertajuk “Peran Industri Internet dalam Memutus Rantai Penularan COVID-19 dan Mendukung Kebiasaan Baru di Sumatera Utara (Implementasi Aplikasi PeduliLindungi).”
Tak hanya itu, pemerintah juga telah membangun infrastruktur Palapa Ring yang menghubungkan keseluruhan serat optik yang dibangun bersama dengan panjang mencapai 12.000 km.
Namun, Ikhsan tak menutup mata bahwa membangun infrastruktur telekomunikasi memiliki banyak tantangan. “ini bukan persoalan yang mudah. Biaya luar biasa besar diandalkan oleh operator untuk pembangunan fisik ke daerah,” kata Ikhsan.
Menurut dia, masih ada 12.000-an desa yang belum tercakup sinyal jaringan 4G—sinyal untuk akses internet yang lebih baik.
Dengan luas wilayah Indonesia, sinyal 4G yang baru tertangani seluas 937.126 km persegi atau baru sekitar 49,33 persen). Oleh karenanya, infrastruktur perlu dibangun untuk menutupi kekurangan tersebut.
“Untuk sekarang maka kita kembali ke konsep bagaimana infrastruktur ini bisa kita bangun,” ujar dia.
“Ternyata sebagian besar dibangun oleh operator [telekomunikasi], kemudian ada wilayah-wilayah yang non-3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) dibangun [pemerintah] bersama operator dengan menggunakan dana universal service obligation (USO).”
“Sementara, daerah 3T merupakan daerah fokus yang dilakukan oleh BAKTI, tapi secara akumulasi kami sangat membutuhkan kerja sama dalam pembangunan ini antara pemerintah pusat, pemerintah daerah bersama operator,” ujar Ikhsan.
Ia menyebut bahwa kendala dari pembangunan infrastruktur telekomunikasi di daerah, salah satunya, regulasi. Masih rumit terkait perizinan juga masih dijumpai pungutan-pungutan liar.[]
Koreksi: artikel ini sebelumnya menyebutkan bahwa panjang serat optik mencapai 400.000 km, ternyata ada kekeliruan pengutipan. Yang tepat sepanjang 348.442 km. Mohon maaf atas kesalahan tersebut.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: