
Facebook | Foto: Cyberthreat.id/Andi Nugroho
Facebook | Foto: Cyberthreat.id/Andi Nugroho
Cyberthreat.id – Gara-gara mengkritik keputusan sang bos, CEO Mark Zuckerberg, karyawan Facebook Inc dipecat.
Sang karyawan itu mengkritik keputusan Zuckberg yang tidak mengambil sikap atas unggahan-unggahan Presiden AS Donald Trump tentang demonstrasi antirasisme awal Juni ini.
Trump meradang atas protes besar-besaran soal antirasisme di AS yang dipicu oleh tewasnya George Floyd oleh seorang polisi Minneapolis pada 25 Mei lalu setelah mengalami penyiksaan: ditekan lehernya dengan dengkul di aspal.
Trump merespons demonstrasi yang juga diwarnai sejumlah penjarahan di beberapa negara bagian itu dengan ujaran di Twitter dan Facebook: “when the looting starts, the shooting start”, arti bebasnya: ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai.
Twitter Inc langsung menandai unggahan Trump tersebut dengan konten yang bermasalah. Trump pun mengecam keras keputusan Twitter. Sayangnya, Facebook tak melakukan sikap apa pun atas unggahan itu dan di internal perusahaan mendapat kritikan.
Brandon Dail, seorang ilmuwan perangkat lunak di Seattle, menulis di Twitter bahwa dirinya dipecat.
Selain keputusan dirinya tak sejalan dengan Zuckerberg, ia sebelumnya memarahi seorang kolega di kantornya yang secara terbuka menolak untuk menyertakan pernyataan dukungan gerakan Black Lives Matter pada dokumen-dokumen pengembang yang diterbitkan.
Dail tidak sendirian dalam mengkritik keputusan Facebook itu. Belasan ilmuwan perangkat lunak Facebook juga mengkritik sikap perusahaan terhadap unggahan Trump.
Facebook mengonfirmasi tentang pemecatan Dail. Namun, belum ada kejelasan dengan nasib ilmuwan lain apakah juga mengalami pemecatan atau tidak.
Dail kembali menyuarakan suarat protesnya pekan ini setelah Facebook dan Twitter menolak untuk mengambil tindakan terhadap ungghan Trump yang berisi teori konspirasi tidak berdasar tentang Martin Gugino, seorang pemrotes berusia 75 tahun yang terluka parah oleh polisi di Buffalo, New York.
“Serangan Trump terhadap Martin Gugino adalah hina dan jelas merupakan pelanggaran aturan anti-pelecehan Facebook. Lagi-lagi sangat mengecewakan bahwa kita (dan Twitter) belum menghapusnya, "kata dia, seperti dikutip dari Reuters yang diakses Minggu (14 Juni 2020).[]
Share: