
Presiden Jokowi saat mengumumkan PP PSBB
Presiden Jokowi saat mengumumkan PP PSBB
Cyberthreat.id - Analis intelejen dan keamanan dari Universitas Indonesia (UI) Stanislas Riyanta mengatakan masyarakat perlu waspada dengan terminologi Lockdown yang masih digunakan sebagian masyarakat. Saat ini disinformasi mengenai Lockdown masih beredar di media sosial sehingga Stanislaus menilai bisa saja terdapat kelompok yang mempropagandakan lockdown demi kepentingan dan keuntungan tertentu.
"Media propaganda yang paling efektif saat ini adalah media sosial. Pemerintah harus kuat dan solid dalam melakukan kontra propaganda supaya penanganan Covid-19 tidak terganggu," kata Stanislaus kepada Cyberthreat.id, Selasa (31 Maret 2020).
Presiden Jokowi telah menetapkan PP Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terkait pandemi virus corona di Indonesia. Menurut Stanislaus, PSBB telah menghapuskan terminologi Lockdown sehingga PP PSBB dianggap sebagai keputusan paling tepat sesuai dengan karakteristik Indonesia.
PSBB, kata dia, tidak perlu dibandingkan dengan penanganan Lockdown di negara lain karena akan mengatur tentang teknis pelaksanaan pembatasan sosial, termasuk di daerah-daerah sesuai kondisi daerah masing-masing. Yang patut menjadi perhatian adalah aliran informasi dan isu-isu di media sosial pasti akan berdampak selama PPSB dijalankan.
"Di negara manapun penanganan Covid-19 mengikuti aturan pemerintah. Jika semua perangkat pemerintah dari paling bawah lurah/kepala desa hingga tingkat pusat bersatu padu dan satu komando, hal-hal yang merugikan seperti gangguan keamanan seharusnya dapat dideteksi dini dan dicegah dini," ujarnya.
Hoax dan Disinformasi
Hingga Selasa (31 Maret 2020), Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan telah memblokir sebanyak 395 konten hoax dan disinformasi terkait virus Corona yang beredar di platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter dan WhatsApp.
"Sampai dengan hari ini, kami telah memblokir 395 konten hoax seputar virus corona, sejak 23 Januari 2020," kata Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu kepada Cyberthreat.id, Selasa (31 Maret 2020).
Hoax terkait CoronaVirus mulai beralih isu dari yang sebelumnya membahas obat-obat, kesehatan, masker, hingga jamu tradisional yang diklaim dapat menyembuhkan virus Corona, kini beralih ke isu lockdown atau karantina suatu wilayah karena wabah Covid-19.
Hoax selalu diikuti disinformasi yang masif. Sebagai contoh, pada 30 Maret 2020, Kominfo menemukan pesan berantai di WhatsApp yang menyebutkan wilayah Bandung telah di-Lockdown. Faktanya, Kasatlantas Polrestabes Bandung, Kompol Bayu Catur mengungkapkan bahwa informasi tersebut tidak benar dan telah menimbulkan keresahan di masyarakat.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Idham Azis mengungkapkan telah menetapkan status tersangka terhadap 51 pelaku penyebaran hoax terkait virus Corona. Polri juga telah memblokir 38 akun media sosial di berbagai platform.
"Cyber Bareskrim Polri menegakkan hukum terhadap pelaku kejahatan cyber yang memanfaatkan isu COVID-19. Sampai dengan hari ini sudah 51 kasus dan 51 tersangka," kata Idham dalam rapat virtual dengan Komisi III di akun Facebook DPR, Selasa (31 Maret 2020).
Polri juga tengah melakukan penyelidikan terhadap 153 informasi terkait virus Corona. Selain itu, kata dia, Polri sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap 25 akun media sosial.
"Kemudian dari tanggal 2-27 Maret telah melakukan penyelidikan terhadap 153 informasi, memblokir 38 akun,
monitoring 59 akun, pelimpahan 31 akun dan penyelidikan lebih lanjut terhadap 25 akun," ungkap Idham.
Berikut beberapa daftar hoax dan disinformasi virus corona terbaru yang ditemukan Kominfo:
1. Kompensasi dalam Rangka Menghindari Penyebaran Covid-19 Mengatasnamakan Kemenko Perekonomian (Hoax).
2. Video di India yang di-lockdown berbuntut kerusuhan (Disinformasi).
3. Foto berkumpulnya banyak orang untuk mengakhiri Covid-19 di Cleveland (Disinformasi).
4. Foto kepadatan penghuni bangunan di India saat Lockdown (Disinformasi).
5. Pesan berantai area Bandung lockdown (Hoax).
6. Resto di wilayah Gombong terpapar virus corona (Hoax).
7. Pesan berantai, Bukittinggi segera di-lockdown (Hoax).
8. Pesan berantai, Kota Kendari bakal lockdown mulai 1 April 2020 (Hoax).
9. Video di media sosial, wilayah Cipinang, Kampung Melayu lockdown (Disinformasi).
10. Pesan berantai, Kampung Krapyak, Sragen, Jawa Tengah lockdown (Disinformasi). []
Redaktur: Arif Rahman
Share: