
illustrasi
illustrasi
Cyberthreat.id - Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menangkap enam orang tersangka tindak asusila dan pornografi online.
“Dari penyelidikan yang dilakukan, kami berhasil menangkap enam orang tersangka yang terkait dengan jaringan internasional yang diakses di Indonesia, Kamboja, dan Filipina,” kata Djuhandhani dalam konferensi pers, Jumat (3 Februari 2023).
Djuhandhani mengatakan, dari enam orang pelaku, tiga di antaranya berperan sebagai penyiar daring (streamer) konten asusila atau prostitusi, yakni IPS (20) berperan sebagai pemandu live streaming (host live streaming), RD berperan sebagai streamer, dan MR alias R (22) sebagai streamer.
Sementara itu, tiga orang lainnya, yakni AAT (25) berperan mencari rekening penadah, RYSS (30) berperan sebagai pencuci uang dan mengalihkan, mentransfer dana. Kemudian tersangka JBPH (29) berperan sebagai akuntan di aplikasi Blink2com.
“Para pelaku kami tangkap di tiga wilayah berbeda, yakni Jawa Barat, Kepulauan Riau, dan Jakarta,” kata dia.
Djuhandhani menjelaskan, pengungkapan kasus ini berawal dari perkara asusila yang melibatkan anak di bawah umur yang terjadi di Brebes, Jawa Tengah. Setelah diselidiki, ternyata tindak asusila tersebut terjadi karena adanya beberapa aplikasi online yang memuat konten asusila.
Aplikasi tersebut dipergunakan untuk melakukan siaran pornografi atau asusila. Cara kerjanya yaitu host live streamer akan mempertontonkan organ intimnya dengan syarat para penonton harus memberikan hadiah dengan harga mulai dari Rp 30.000 sampai dengan 1 Jutaan. Hadiah ini bisa dibeli pengguna dengan top-up uang digital pada akun penonton.
“Modus pelaku adalah situs dan aplikasi tersebut menyediakan fitur siaran bermuatan asusila dan game, judi online” terang Djunhandhani.
Djunhandhani menambahkan, perputaran uang dalam bisnis asusila daring yang dijalankan jaringan tersebut sejak pertengahan 2022 hingga saat ini mencapai puluhan miliar rupiah, para pelaku streamer mendapat penghasilan Rp1,5 juta untuk tampil selama tiga sampai empat jam sehari.
Saat ini, penyidik telah mengamankan 30 sampai 37 rekening dari hasil kejahatan asusila daring tersebut yang sedang ditelusuri pemilik dan kemana dana dalam rekening tersebut mengalir. Dari rekening-rekening yang ada ini nanti tentu saja akan kami lakukan pengembangan, siapa pemiliknya dan kaitannya dalam pidana ini
“Kami juga telah memblokir aplikasi yang digunakan oleh para pelaku, namun ada sedikit kendala karena server mereka berasal di luar negeri,” kata dia.
Terkait dengan kasus ini, para tersangka disangkakan dengan Pasal 281 KUHP tentang Kesusilaan dengan ancaman delapan penjara, Pasal 303 KUHP tentang Perjudian dengan ancaman 10 tahun, Pasal 36 juncto Pasal 10 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pornografi dengan ancaman 10 tahun penjara.
Penyidik juga menjerat tersangka dengan Pasal 33, Pasal 7 dan Pasal 4 ayat (2) huruf a huruf b dan huruf c Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi ancaman paling lama 15 tahun. Kemudian Pasal 45 ayat (1) juncto Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan ancaman enam tahun penjara.
Serta, Pasal 3, Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dengan ancaman 20 tahun penjara, Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang dengan ancaman lima tahun, serta Pasal 55--56 KUHP.[]
Share: