
Tangkapan layar situs web yang dioperasikan oleh kelompok Taliban (alemarahenglish.com). | Foto: longwarjournal.org
Tangkapan layar situs web yang dioperasikan oleh kelompok Taliban (alemarahenglish.com). | Foto: longwarjournal.org
Cyberthreat.id – Sejumlah situs web yang dikendalikan oleh kelompok Taliban, kini mengambil kekuasaan di Afghanistan sejak pekan lalu, tiba-tiba tidak bisa diakses pada Jumat (20 Agustus 2021), menurut laporan Washington Post.
Selama ini ini ada lima situs web yang dijalankan dalam bahasa Pashto, Dari, Arab, Urdu, dan Inggris. Tidak jelas mengapa situs web ini menghilang.
Menurut catatan publik, Cloudflare, perusahaan keamanan siber dan infrastruktur web, yang mengelola keamanan lima web tersebut, tapi sejauh ini belum ada komentar dari mereka. Proteksi Cloudflare mencegah publik mengetahui siapa sebenarnya yang meng-host situs tersebut, tulis The Associated Press.
Pengalaman sebelumnya, Cloudflare memang pernah memutus situs web jaringan Neo-Nazi, Daily Stormer, dan forum pesan online 8chan.
Sementara, laporan SITE Intelligence Group, sebuah LSM AS yang memantau internet untuk aktivitas ekstremis, mengatakan, sejumlah grup WhatsApp Taliban juga menghilang.
Facebook kemungkinan telah menutup layanan pesan terenkripsinya di negara tersebut seperti janji mereka pekan lalu. Namun, juru bicara WhatsApp tidak mengatakan secara terus terang apakah memang mereka menutup akun jaringan Taliban.
“Kami berkewajiban mematuhi undang-undang sanksi AS, termasuk melarang akun yang terlihat mewakili diri mereka sebagai akun resmi Taliban. Kami sedang mencari lebih banyak informasi dari otoritas AS yang relevan mengikuti situasi yang berkembang di Afghanistan,” ujar juru bicara WhatsApp, Alison Bonny, kepada Washington Post dikutip dari Business Insider, Minggu (22 Agustus 2021).
Penutupan situs web dan media sosial tersebut seiring seruan dari LSM, politisi, dan penguna medsos atas gerakan ekstremis di dunia online . Selama ini media online dan sosial dipakai Taliban menjadi salah satu alat komunikasi dan propaganda paling efektif untuk mengoordinasikan rakyatnya secara lokal dan internasional.
“Perusahaan teknologi harus melakukan apa yang mereka bisa untuk mengatasi masalah ini sesegera mungkin, karena kehadiran online kelompok tersebut memicu gerakan jihad yang baru di seluruh dunia,” tutur Rita Katz, Direktur SITE Intelligence Group.
Twitter belum menghapus akun Taliban dan juru bicara kelompok itu, Zabihullah Mujahid, yang memiliki lebih dari 300.000 pengikut. Twitter mengatakan selama akun tersebut mematuhi aturannya, termasuk tidak menghasut atau mengagungkan kekerasan, akun mereka akan tetap diperbolehkan. Namun, seperti Facebook, YouTube menganggap Taliban sebagai organisasi teroris dan melarangnya mengoperasikan akun.[]
Share: