
Ilustrasi via InfoTech
Ilustrasi via InfoTech
Cyberthreat.id - Departemen Kehakiman AS minggu ini mengumumkan dakwaan terhadap 22 orang yang diduga membeli dan menggunakan data kartu pembayaran yang dicuri dari jaringan ritel negara itu.
Menggunakan malware yang disusupkan ke sistem perusahaan ritel target, pelaku ancaman mencuri informasi lebih dari tiga juta kartu pembayaran, termasuk kartu kredit, debit, dan kartu hadiah yang digunakan di lebih dari 400 toko perusahaan ritel.
Menurut dakwaan, seperti dilansir Security Week (27 Mei 2021), data yang dibajak kemudian dijual seharga US$ 4 juta dalam Bitcoin kepada seseorang yang kemudian menjualnya kepada ribuan orang lain, termasuk 22 orang yang sekarang menghadapi dakwaan oleh Departemen Kehakiman AS.
Dua puluh terdakwa telah ditangkap sementara dua lainnya masih diburu, kemungkinan besar di luar negeri, kata pihak berwenang.
Ke-22 orang tersebut didakwa menggunakan data kartu pembayaran untuk melakukan berbagai pembelian, termasuk di pompa bensin, hotel, dan restoran.
Dakwaan tersebut menuduh bahwa salah satu terdakwa membeli lebih dari 13.000 data kartu pembayaran yang dicuri dari rantai ritel, sementara yang lain membeli lebih dari 6.000. Ada juga yang membeli antara 2.000 dan 4.000 data kartu pembayaran.
Menurut Departemen Kehakiman, masing-masing terdakwa terancam hukjuman hingga 20 tahun penjara federal atas tuduhan penipuan kawat dan hukuman penjara wajib dua tahun berturut-turut untuk pencurian identitas.[]
Share: