IND | ENG
Bagaimana Operasi Digital dan Kekuatan Data Memenangkan Joe Biden sebagai Presiden Amerika

Ilustrasi: Mobilize

Bagaimana Operasi Digital dan Kekuatan Data Memenangkan Joe Biden sebagai Presiden Amerika
Yuswardi A. Suud Diposting : Senin, 09 November 2020 - 13:41 WIB

Cyberthreat.id - Pasangan Joe Biden dan Kamala Harris telah diumumkan sebagai pemenang Pilpres Amerika Serikat 2020, mengalahkan pasangan inkumben Donald Trump dan Mike Pence.

Majalah Time dalam laporan terbarunya menyebut kemenangan Joe Biden - Kamala Harris tak terlepas dari kampanye digital yang dipimpin oleh Jen O'Malley Dillon yang juga manajer kampanye Barack Obama pada 2012.

Dillon adalah orang yang telah membantu memodernisasi program data Partai Demokrat. Saat musim kampanye tiba, Amerika sedang berjuang menghadapi pandemi Covid-19 yang memporak-porandakan segala lini kehidupan. Dillon harus mencari jalan memenangkan hati orang Amerika. Dia harus membuat sesuatu yang tidak menyerupai kampaye biasa. Tidak ada kerumunan orang, tidak ada demonstrasi besar-besaran, juga tidak ada penggalangan dana yang mewah.

Maka dibentuklah penyelenggara kampanye digital dengan merekrut lebih dari 200 ribu sukarelawan dan mengerahkan mereka untuk mengirim ratusan juta pesan teks dan panggilan telepon.

"Itu adalah raksasa virtual abad ke-21 yang dirancang untuk mempromosikan kandidat analog," tulis Majalah Time.

Dirasa terlalu berbahaya bagi kandidat berusia 77 tahun untuk berkampanye secara langsung, selama berbulan-bulan Biden menggelar acara virtual dan siran langusng pidaato dari rumahnya. Trump mengejeknya, tapi Biden mengabaikan kebisingan itu.

Saat Trump asyik bermain golf ketika jumlah kematian akibat Covid-19 di Amerika mendekati 100 ribu orang, Biden memperingati tonggak sejarah yang suram itu dengan pesan video dua menit sebagai empati untjuk keluarga korban.

"Saya rasa saya tahu apa yang anda rasakan," katanya. "Kamu merasa seperti sedang tersedot ke dalam lubang hitam di tengah dadamu."

Di saat energi tim Trump dikerahkan untuk mengetuk pintu dan mendaftarkan pemilih, O'Malley Dillon mengubah kampanye Biden menjadi mesin pengoganisasian digital terbesar dalam sejarah politik Amerika.

Pada musim semi, tim kampanye mempertimbangkan untuk melakukan outsorcing operasi digital, tetapi Dillon membangunnya sendiri: meningkatkan pertumbuhan daftar kontak email, menghabiskan jutaan dolar untuk iklan online dan mempekerjakan staf digital yang 15 kali lebih besar daripada sebelumnya.

Pada bulan September, operasi digital berjalan lancar: Biden dan Demokrat mengumpulkan US$ 364,5 juta pada bulan agustus, hasil terbesar dalam satu bulan yang pernah dlakukan oleh kampanye kepresidenan. Pada bulan September, lahir rekor baru: US$ 383 juta!

Kevin O'Conner, penyelenggara kampanye berbayar membantu melatih dan mengelola relawan digital untuk Biden, bagian dari apa yang dikatakannya sebagai eksperimen terbesar dalam pengorganiasian digital dalam sejarah politik Amerika.

Dua pekan sebelum hari pemilihan, operasi digital Biden menjangkau lebih dari 37 juta orang dengan panggilan dan pesan teks, sebagian besar mereka berada di negara bagian "medan pertempuran".

Sepekan kemudian, relawan membuat 58 juta kontak pemilih antara panggilan telepon, pesan teks, dan ketukan di pintu rumah. Bandingkan dengan empat hari terakhir kampanye Obama yang menurut seorang staf hanya mencapai 25 juta orang.

Enam bulan sebelumnya, tim pengorganisasian digital Biden hampir tak ada. Saat itu hanya ada 98 staf. Pada Juli, ada sekitar 1.000 orang di kantor kampanye digitalnya. Pada akhir Oktober, jumlahnya meningkat menjadi 200 ribu relawan.

"Kejutan terbesar bagi saya adalah skala yang dapat kami capai dalam timeline terpendek dari setiap kampanye presiden dalam sejarah baru-baru ini," kata Caitlin Mitchell, penasihat senior strategi digital untuk kampanye tersebut.

"Saya yakin bahwa pendekatan yang mengutamakan digital dan virtual telah memungkinkan kami mencapai tingkat kontak pemilih ini," tambah Mitchell.

Partai pengusung Joe Biden, Demokrat, mengandalkan strategi digital untuk menebus kurangnya kampanye canvassing, alias kampanye yang mengandalkan ketukan di pintu rumah-rumah dan apartemen warga, yang biasanya menjadi andalan partai.

Di sisi lain, Partai Republik yang mengusung Trump, turun ke jalan-jalan untuk menjangkau pemilih. Mereka meningkatkan operasi permainan darat yang hebat. Seorang juru kampanye Trump mengatakan mereka telah mengetuk total 35 juta pintu, dan merilis bahwa mereka mendapatkan 15 juta kontak pemilih dalam tujuh hari.

Bidan dan Demokrat, untuk menghormati pedoman kesehatan masyarakat, menunggu hingga Oktober untuk mulai mengetuk pintu, dan hanya keluar di beberapa negara bagian.

Sebaliknya, mereka bertaruh besar pada jangkauan digital. Sebagian besar lokasi pementasan virtual dihosting melalui Mobilize, platform digital yang didirikan pada 2017 untuk membantu Demokrat mengorganir pemilih secara online.

Dalam wawancara dengan Wired pada bulan April lalu, pendiri dan CEO Mobilize, Alfred Johnson, mengatakan jika Demokrat ingin mendapatkan keunggulan digital, kemngkinan besar akan muncul di sisi alat pengorganisasian yang relatif tidak seksi, seperti Mobilize, yang berupaya mengeksploitasi salah satu keunggulan struktural utama partai: basis pemilih potensial yang lebih besar.

Terlebih, saat pandemi, kemungkinan orang-orang akan banyak yang memilih lewat surat suara yang dikirim ke rumahnya (mail-in ballots). Itu artinya, kata Johnson, perlu cara yang efisien untuk mengarahkan energi organisasi dan relawan untuk memastikan para pemilih menerima dan mengirimkan kembali surat suara mereka.

“Jika kita dapat menyalurkan audiens yang sangat besar ini, yang sebagian besar semuanya online, secara efisien ke dalam jenis tindakan yang memenangkan pemilihan, maka kandidat dan kampanye Demokrat akan menang,” kata Johnson April lalu.

Selama tiga tahun terakhir, hampir 4 juta orang telah mendaftar untuk lebih dari 13 juta shift relawan di platform ini. Sebelum pandemi, Mobilize membantu penyelenggara akar rumput mengatur acara tatap muka. Saat pandemi, sebagian besar beralih ke acara digital, untuk kampanye Biden serta kampanye lain dan organisasi liberal. Sejak Mei, relawan telah mengupayakan hampir 400 juta kontak pemilih melalui Mobilize, dan lebih dari satu juta orang telah mendaftar untuk menjadi relawan dalam empat hari menjelang 3 November.

Kampanye Biden memiliki lebih dari 8.000 acara online menggunakan Mobilize dalam empat hari menjelang pemilihan, termasuk lebih dari 400 acara di North Carolina saja. Kampanye Trump, sebagai perbandingan, memiliki lebih dari 50 acara "Trump Army" di seluruh negeri, menurut situs webnya.

Tetapi kampanye Trump juga memiliki operasi pengorganisasian digital yang ambisius untuk melengkapi pencariannya secara langsung. Seorang juru bicara kampanye Trump mengatakan kampanye tersebut memiliki 2,6 juta sukarelawan yang telah membuat 180 juta kontak pemilih, termasuk lewat metode canvassing.

Alfred Johnson mengatakan, tingkat keterlibatan pemilih saat ini kira-kira dua belas kali lebih tinggi daripada mobilisasi sebelum pertengahan 2018, dan setidaknya tiga kali lipat dari apa yang dia lihat sebelum Super Tuesday.

Super Tuesday merujuk kepada konvensi internal partai untuk memilih siapa yang mendapat tiket capres dari partai. Joe Biden terpilih sebagai capres Demokrat setelah mengalahkan sejumlah kandidat lain.

“Kami belum pernah melihat pengorganisasian yang bahkan mendekati apa yang kami lihat saat ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa ini adalah puncak dari pengorganisasian anti-Trump selama bertahun-tahun, dari aktivis akar rumput hingga kandidat Kongres hingga calon presiden. “Ini tidak terjadi dalam semalam. Ini telah meresap selama kepresidenan Trump."

Biden meluncurkan kampanyenya dengan video yang menyebut perang melawan Trump sebagai "pertempuran untuk jiwa bangsa ini." Dia menggambarkan empat tahun Trump sebagai penyimpangan. "Tapi jika kita memberi Donald Trump delapan tahun di Gedung Putih, dia akan selamanya dan secara fundamental mengubah karakter bangsa ini, siapa kita," katanya. "Dan saya tidak bisa berdiri dan melihat itu terjadi."

Demokrat benar-benar berfokus pada strategi digital untuk membuat orang benar-benar memilih. Dalam kondisi biasa sebelum pandemi, mereka akan dibatasi oleh masalah fisik. Misalnya, jika orang California naik bus ke Nevada untuk membantu mengetuk pintu rumah-rumah warga, kapasitas relawan akan dibatasi oleh berapa banyak orang yang muat dalam bus. Dengan pengorganisasian digital, kendala tersebut dihilangkan, dan kampanye dapat mengarahkan relawan dari seluruh negeri untuk menargetkan kawasan tertentu yang belum mementukan pilihan alias swing voters.

“Sistem ini memungkinkan kami untuk dapat menavigasi aktivitas sukarelawan kami dengan cepat, dan dapat mengarahkan lalu lintas ke lokasi stasiun virtual tertentu yang mungkin memerlukan dukungan,” kata direktur penyelenggara digital, Jose Nunez.

Jika mereka menilai butuh lebih banyak relawan di Pennsylvania, misalnya, mereka dapat menargetkannya ke sana secara digital — tanpa harus mengkhawatirkan waktu perjalanan atau logistik.

Tim Biden juga memanfaatkan pembangunan basis data yang telah dibangun bertahun-tahun di hari akhir kampanye. Sejak 2016, mereka telah melakukan beberapa putaran akuisisi data ponsel, dan membersihkan file datanya sehingga lebih mudah digunakan. Walhasil, relawan dapat menggunakan aplikasi "VoteJoe" di ponsel mereka untuk mereferensikan kontak pribadi mereka dengan data tersebut.

Kontak yang tinggal di negara bagian "medan perang" memiliki surat suara kecil di samping nama mereka; kontak yang meminta surat suara ditandai dengan bintang hijau. Ini memungkinkan sukarelawan untuk lebih tepat sasaran dengan permintaan mereka.

"Anda tidak perlu menghubungi setiap orang di buku kontak Anda," kata Mitchell.

Data kontak pengguna yang mereferensikan silang dengan data pemilih memungkinkan aplikasi untuk mengatakan "berikut adalah 10 teman teratas yang disarankan untuk memastikan bahwa mereka mengirimkan surat suara itu".

Jika berhasil, model pengorganisasian digital baru ini mungkin menjadi paradigma baru bagi Demokrat. Dan itu berarti kampanye Biden akan secara efektif melatih kader baru penyelenggara digital untuk membawa keterampilan tersebut ke dalam pemilihan mendatang.

“Sekarang kami keluar dari pemilihan umum yang berjalan dengan pasukan sukarelawan yang sangat besar yang tahu bagaimana melakukan percakapan yang efektif, mereka tahu bagaimana menggunakan alat digital,” kata Nunez.

“Saya pikir itu akan mengubah lanskap,” ujarnya.[]

 

#kampanyedigital   #operasidigital   #pilpresamerika   #joebiden   #kamalaharris

Share:




BACA JUGA
Presiden Biden Bandingkan AI dengan Medsos. Tanpa Perlindungan, Teknologi Bisa Berdampak Buruk
Gedung Putih Usulkan RUU Hak Kecerdasan Buatan, Berikut Isinya
Presiden Biden Minta Organisasi AS Perkuat Pertahanan Siber Hadapi Rusia
Joe Biden Instruksikan Perkuat Pertahanan Digital AS
Presiden Joe Biden Teken UU yang Persulit Huawei dan ZTE Dapat Lisensi AS