
Foto: freepik.com
Foto: freepik.com
Tokyo, Cyberthreat.id - Aplikasi pesan instan terbesar asal Jepang, LINE Corp bakal mengeluarkan layanan pertukaran mata uang digital atau kriptokurensi (cryptocurrency) di Jepang, demikian dilaporkan Bloomberg, yang diakses Sabtu (22 Juni 2019).
Badan Layanan Keuangan Jepang (FSA) kabarnya bakal mengeluarkan lisensi mata uang kripto itu bulan ini. Melalui layanan bernama BitMax tersebut, menurut Bloomberg, pengguna 80 juta pengguna LINE di Jepang bisa melakukan transaksi baik membeli maupun menjual mata uang kripto, termasuk Bitcoin dan Link milik LINE sendiri.
Langkah LINE ini menambah deretan sejumlah perusahaan yang fokus di mata uang kripto. Pekan lalu Facebook Inc., mengumumkan mata uang kripto, Libra, hasil kerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk Uber Technologies Inc. dan Visa Inc. Melalui Libra, pengguna bisa mengirim dan menerima uang kripto, berbelanja daring, dan berinvestasi melalui platform media sosial.
Di Jepang, perusahaan teknologi termasuk Rakuten Inc. dan Yahoo Japan Corp telah meluncurkan pertukaran mata uang kripto mereka sendiri tahun ini setelah menerima lisensi dari FSA.
Layanan BitMax akan menggunakan teknologi back-end yang sama dengan BitBox, layanan pertukaran mata uang kripto milik LINE yang diluncurkan tahun lalu di Singapura. “BitBox terlarang bagi pengguna di Jepang karena masalah lisensi dan sejauh ini belum memberikan dorongan besar bagi pendapatan perusahaan,” tulis Bloomberg.
Terkait BitMax tersebut, juru bicara LINE Icho Saito menolak berkomentar.
Bloomberg melaporkan, kemungkinan layanan itu menuai kesuksesan cukup berat melihat kondisi pertumbuhan pengguna LINE yang stagnan juga kondisi saham masuk level terendah sejak 2016.
Saat ini LINE masih menunggu lisensi perbankan terpisah di Jepang untuk BitMax. Dengan lisensi itu, BitMax memungkinkan mata uang kripto terintegrasi lebih jauh lagi dengan layanan lain, seperti belanja daring. “Lisensi itu kemungkinan tidak akan diterbitkan sampai tahun depan,” tulis Bloomberg.
Sementara, LINE akan memulai operasi pialang saham tahun ini dengan nomura Holdings Inc. dan layanan perbankan tahun depan dengan Mizuho Financial Group Inc., kata co-Chief Executive Officer Shin Jung-ho.
Sebetulnya, langkah LINE bermain di dunia kriptokurensi telah lebih dulu ketimbang Facebook. Namun, nama besar Facebook yang memiliki jumlah pengguna aktif lebih banyak dibandingkan LINE, perhatian publik terhadap Libra begitu tinggi.
Pada 31 Agustus 2018, LINE mengeluarkan Link. Link kemudian terdaftar sebagai sebagai mata uang kripto di BitBox yang lebih dulu diluncurkan pada Juli 2018. Seperti dilaporkan Cointelegraph, Link adalah token dirancang untuk bisa digunakan terkait dengan konten, perdagangan, sosial, game, dan pertukaran. Konsep Link mirip dengan mata uang kripto lain, seperti EOS, ADA, dan Ethereum yang mendukung apliasi terdesentralisasi (DApps) dan berbagai layanan yang ditawarkan di jaringan platform blockchain.
LINE muncul pertama kali pada Juni 2011 atau tiga bulan setelah Jepang dilanda gempa bumi paling mematikan keempat dalam sejarah negeri tersebut. Gempa Tohoku berkekuatan 9,1 Skala Richter menyebabkan lebih dari 20.000 jiwa meninggal. Ekonomi Jepang sangat terkena imbas dari gempa yang menyebabkan tsunami setinggi 30 kaki tersebut.
Saat itulah, NHN Jepang, anak perusahaan dari operator mesin pencari Korea Selatan, Naver, mendapatkan ide untuk menyebarkan jaringan pesan secara independen lewat seluler. Tujuannya, agar warga bisa berkomunikasi di kala krisis tersebut.
Selama setahun, LINE bisa mengumpulkan 50 juta pengguna; sebuah catatan tersendiri bagi LINE sebab sekelas Facebook butuh waktu tiga tahun untuk mencapai 58 juta pengguna.
Share: