
Pemberitahuan yang menyebut Apple mengambil 30 persen komisi bagi pengguna iOS(kiri), dan pemberitahuan bagi pengguna Android (kanan)
Pemberitahuan yang menyebut Apple mengambil 30 persen komisi bagi pengguna iOS(kiri), dan pemberitahuan bagi pengguna Android (kanan)
Cyberthreat.id - Upaya Facebook untuk memberi tahu pengguna bahwa Apple mengambil fee 30 persen dari acara online berbayar di platform Facebook ditentang oleh Apple. Facebook diminta menghapus informasi itu pada platformnya.
Dilansir dari Reuters, Jumat (28 Agustus 2020), hal itu disampaikan oleh seorang juru bicara Facebook yang tak disebutkan namanya.
Seperti diketahui, pada 14 Agustus lalu Facebook meluncurkan sebuah fitur baru yang membuat pemilik bisnis, pembuat konten, atau media massa membuat acara berbayar di laman Facebook mereka. Pembuat acara, bebas menetapkan biaya yang harus dibayarkan oleh orang-orang yang ingin bergabung dalam acara itu. (Tentang layanan berbayar ini bisa diakses di tautan ini: Acara Online Berbayar)
Menurut Facebook, fitur itu dibuat agar pemilik usaha, khususnya usaha kecil menengah, masih bisa menghasilkan uang di tengah pandemi dengan memanfaatkan halaman Facebook mereka.
Masalahnya, Apple selama ini memberlakukan kebijakan mengambil fee 30 persen untuk aplikasi apa pun menjual barang atau jasa di platform mereka. Dalam hal ini, fee berlaku bagi pengguna perangkat Apple yang berjalan di sistem operasi iOS seperti iPhone, iPad, dan Macbook. Bagi yang penyedia aplikasi yang membandel, Apple menendang mereka dari App Store sehingga aplikasi tersebut tidak tersedia bagi pengguna perangkat besutan Apple.
Itu pula yang terjadi dengan Epic Games baru-baru ini. Apple menendang game Fortnite milik Epic Games dari App Store karena dianggap melanggar pedoman pembayaran dalam aplikasi (in app purchase).
Sebenarnya, masih banyak lagi pembuat aplikasi yang keberatan dengan "pajak" 30 persen yang diambil Apple itu. Layanan steaming musik digital dan podcast, Spotify, bahkan menuduh Apple melakukan persaingan tidak sehat dengan mengutip biaya tambahan 30 persen bagi pengguna yang ingin mengakses produk atau layanan mereka. Sementara Apple sendiri punya Apple Music yang tentu saja tidak dikenakan biaya tambahan.
Berbeda dengan App Store, Google selaku pemilik Google App Store yang berjalan di perangkat yang menggunakan sistem Android, tidak memungut fee 30 persen itu.
Dengan latar belakang seperti itulah Facebook bermaksud memberi tahu pengguna (khusus bagi pengguna perangkat iPhone dkk, tentu saja) bahwa Apple mengambil 30 persen dari harga acara online berbayar yang dibuat oleh pengguna Facebook. Sementara bagi pengguna Adroid, Facebook memberi keterangan "Facebook tidak mengambil fee dari pembayaran ini."
Namun, ternyata, menurut juru bicara Facebook, Apple keberatan jika Facebook memberi tahu pengguna bahwa Apple mengambil fee 30 persen dengan alasan melanggar aturan App Store yang melarang pengembang menampilkan informasi yang "tidak relevan."
“Sekarang, lebih dari sebelumnya, kita harus punya opsi untuk membantu orang memahami ke mana uang yang mereka maksudkan untuk bisnis kecil sebenarnya. Sayangnya Apple menolak pemberitahuan transparansi kami tentang pajak 30 persen tetapi kami masih berupaya untuk membuat informasi itu tersedia di dalam pengalaman aplikasi,” kata Facebook dalam sebuah pernyataan.
Apple tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Pada 22 Agustus lalu, sejumlah media online di Amerika yang menyediakan layanan berbayar yang disebut Digital Content Next, juga memprotes pungutan fee 30 persen dari Apple itu. Protes ini terjadi lantaran Apple ternyata memberi harga khusus untuk layanan berbayar milik Amazon. Belum diketahui bagaimana hasil akhir dari protes itu.
Sementara itu, laporan terbaru dari SensorTower dan Statista, Apple mbukukan pendapatan US$ 22,2 miliar atau sekitar Rp 326,4 triliun dari aplikasi-aplikasi gim di App Store pada semester pertama 2020. Jumlah ini naik dari US$ 18,1 miliar, atau sekitar Rp 266 triliun pada semester pertama 2019.[]
Share: