
YouTuber Fathia Izzati | Foto: Tangkapan layar Cyberthreat.id/Tenri Gobel
YouTuber Fathia Izzati | Foto: Tangkapan layar Cyberthreat.id/Tenri Gobel
Cyberthreat.id – YouTuber Fathia Izzati mengatakan, penting bagi pengguna internet untuk mengelola jejak digitalnya karena hal ini bagian dari reputasi diri. Jangan sampai diri kita justru menciptakan jejak digital yang membahayakan di masa depan.
“Kita masih ngerasa muda, merasa nge-post video-video challenge joget di TikTok ... percayalah itu pasti direkam, semua orang mantau. Dan, we need to protect our reputation in the long run. [Konten-konten itu] itu bisa saja dilihat calon employer ketika kita ingin melamar kerja," ujar dia di Jakarta, Senin (10 Agustus 2020).
Fathia menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara sedaring bertajuk “Jejak Digital dalam Dunia Maya” yang digelar Kemenkominfo bersama Google Indonesia.
Fathia menyarankan tujuh hal agar pengguna internet tak menciptakan jejak digital yang buruk bagi diri sendiri.
Pertama, mempertimbangkan ketika ingin mengunggah, meneruskan, menjawab, atau menyukai sesuatu. Berhenti sejenak sebelum melakukannya. Lalu, bertanyalah kepada diri sendiri.
"Sekarang gampang banget nge-forward video atau mungkin informasi, sebenarnya itu hoaks, hati-hati dengan apa yang kamu forward," ujarnya.
Kedua, mempertimbangkan bagaimana jika unggahan itu dilihat sama semua orang, termasuk kedua orangtua atau guru. Posisikan bahwa unggahan itu akan dilihat sama siapa pun meski mengunggahnya untuk beberapa orang saja.
"Kadang-kadang kita nge-post, dan merasa oh aman karena di Instagram di close friends. Tapi, percayalah close friend itu tak seaman yang kalian kira," kata Fathia.
Ketiga, perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan secara daring. Jangan komentar yang menyakitkan atau mempermalukan orang lain (cyberbullying) jika diri kita tak mau menerima hal yang sama.
Keempat, memperhatikan masalah tag lokasi atau geotagging. Seperti ketika mengunggah sesuatu di Instagram Stories, lalu menandai lokasi—sebaiknya hal ini dipertimbangkan lagi karena hal itu dilihat banyak orang.
"Itu bisa dilihat oleh semua orang, enggak cuma close friend, jadi harus hati-hati. Kalau enggak mau diketahui oleh orang-orang, mending tidak usah di-post sama sekali," ujar dia.
Kelima, Pastikan selalu memeriksa konten yang menandai akun kita baik itu di Instagram atau Facebook.
"Penting untuk kita pantau mungkin enggak setiap hari, tapi mungkin seminggu sekali. Cek saja kita tagnya di mana saja. Kalau sesuatu yang tidak membuat kita nyaman mending untag atau kita report," kata Fathia.
Keenam, kalau ada unggahan yang disesali lebih baik segera dihapus. "Karena orang itu bisa screen record, bisa nge-share ke orang lain sebelum kita hapus," kata dia.
Ketujuh, jangan oversharing atau terlalu banyak membagikan sesuatu. Menurut Fathia, tindakan ini bukan hanya berlaku bagi orang terkenal saja, seperti influencer atau content creator, tapi siapa pun.
"Sering kali kita merasa, ‘Oh saya bukan siapa-siapa, tidak ada yang peduli juga, aku bukan influencer, aku bukan content creator’. Tapi, percayalah oversharing sangat buruk bagi siapa pun," Fathia mengingatkan. []
Redaktur: Andi Nugroho
Share: