
Nguyen Quoc Duc Vuong (kiri) dan Emna Charqui. | Foto: mizzima.com dan euronews
Nguyen Quoc Duc Vuong (kiri) dan Emna Charqui. | Foto: mizzima.com dan euronews
Cyberthreat.id – Seorang penulis blog (blogger) asal Tunisia, Emna Charqui dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan gara-gara unggahannya di Facebook.
Perempuan 28 tahun itu menulis tentang Covid-19 dengan gaya redaksional, seperti ayat Al Quran. Sebetulnya, dalam tulisan pada 2 Mei lalu itu, ia mengajak agar orang-orang mengikutip pola hidup bersih di tengah pandemi.
Namun, pengadilan setempat berbeda pandangan dan menyatakan bahwa Emna bersalah karena dinilai “memicu kebencian antarumat beragama,” demikian seperti dikutip dari BBC, Rabu (15 Juli 2020) yang diakses Kamis (16 Juli). Atas vonis tersebut, ia memutuskan untuk naik banding.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara, ia mengatakan, saat menulis itu “tak ada niat sama sekali untuk memicu kontroversi.”
Unggahan itu dianggap oleh sejumlah warganet, kala itu masih di bulan Ramadhan, sebagai bentuk penghinaan. Emna, yang secara terbuka mengaku ateis, pun dipanggil polisi setempat ketika unggahan itu ramai diperbincangkan di media sosial.
Pada 27 Mei, Amnesty International mengeluarkan pernyataan karena Emna akan menghadapi pengadilan. Amnesty berpendapat sebaiknya aparat hukum menyetop proses hukum tersebut.
“Proses hukum terhadap Emna Charqui kembali menunjukkan, meski ada kemajuan demokrasi di Tunisia, aparat terus menggunakan hukum represif untuk membungkam kebebasan berpendapat,” kata Amna Guellahi, Direktur Amnesty untuk kawasan Afrika Utara.
Kejadian serupa juga terjadi di Vietnam. Pada 7 Juli lalu, pengadilan lokal memvonis delapan tahun penjara kepada Nguyen Quoc Duc Vuong. Tak hanya itu, pengadilan juga memerintahkan Nguyen tetap dalam masa tahanan rumah selama tiga tahun setelah hukuman penjara selesai.
Masalah yang dialami Nguyen adalah menunggah sikap anti-negara di akun Facebook-nya. Di Vietnam, Partai Komunis yang berkuasa memiliki kebijakan sensor terhadap media massa juga media sosial secara ketat. Pemerintah cenderung tidak banyak menoleransi kritik, tulis Rueters.
Nguyen dituding “membuat, menyimpan, menyebarkan informasi, bahan, barang untuk tujuan menentang negara”, demikian tulis Kementerian Keamanan Publik Vietnam dalam rilisnya.
Ia dituding melakukan video streaming langsung 110 jam dan menulis 366 unggahan di Facebook-nya untuk menyudutkan citra Ho Chi Minh, pendiri Vietnam, dan menyebarkan propaganda anti-negara.
Phil Robertson, Wakil Direktur Asia untuk Human Rights Watch, mengatakan hukuman terhadap Nguyen dinilai "keterlaluan dan tidak dapat diterima".
"Vietnam harus mengakui bahwa mengekspresikan pandangan politik yang bertentangan dengan garis Partai Komunis tidak boleh dinilai sebagai kejahatan," katanya dalam sebuah pernyataan email.
Penangkapan aktivis politik di Vietnam terus meningkat sejak akhir tahun lalu ketika Vietnam bersiap untuk kongres partai pada Januari 2021.[]
Share: