
Foto: CNN | GETTY IMAGES
Foto: CNN | GETTY IMAGES
Jakarta, Cyberthreat.id – Konflik antara Pemerintah Amerika Serikat dengan Huawei masih menyimpan tanda tanya besar. Benarkah Huawei benar-benar menjadi ancaman?
Raksasa teknologi asal China itu dituding AS melakukan spionase di Negeri Paman Sam melalui produk-produk perangkatnya yang bisa diakses oleh intelijen China.
Huawei mengatakan, tidak ada ancaman seperti yang diklaim AS. AS dinilai tidak menunjukkan bukti apa pun jika Huawei telah atau akan bekerja sama dengan intelijen China.
Dalam laporan The Verge, Minggu (17/3/2019), Huawei menyatakan sebetulnya ada banyak cara melakukan mitigasi risiko yang telah berhasil dilakukan di negara-negara lain.
“Pemimpin Huawei bahkan menyebut Pemerintah AS munafik karena mengkritik China, tapi National Security Agency (NSA) melakukan spionase di seluruh dunia,” tulis The Verge.
Pada 7 Maret lalu, Huawei pun melawan dengan melayangkan gugatan ke pengadilan menyangkut pelarangan produk Huawei oleh AS.
Sejumlah pakar berkomentar terkait konflik keduanya. Berikut komentar mereka:
Robert Williams, Direktur Eksekutis Paul Tsai China Center, Yale Law School
Pertanyaannya adalah apakah risiko spionase atau sabotase tergolong tinggi atau tidak, hal ini bergantung pada bagaimana perusahaan dapat secara kredibel mengklaim mereka independen tanpa intervensi pemerintah negara lain.
Qing Wang, Profoser Marketing & Innovation University Warwick
Apakah Huawei ancaman bagi keamanan? Tidak ada bukti kuat untuk mendukung pandangan ini, dan sejumlah alasan untuk mendukung pandangan ini sangat lemah. Sebagai contoh, latar belakang pemimpin Huawei. Pendiri Huawei, Ren Zhengfei pernah bertugas untuk People’s Liberation Army. Seperti kita ketahui, bertugas di militer merupakan salah satu cara untuk keluar dari lubang kemiskinan bagi masyarakat pinggiran, di mana Ren Zhengfei berasal. Ia pun hanya bertugas sebentar di militer dan tidak memegang jabatan penting.
Terkait latar belakang perusahaan, berbeda dengan perusahaan milik negara lain seperti China Mobile dan China Railway Corporation, Huawei adalah perusahaan swasta sama dengan Alibaba, Tencent, dan Haier, yang muncul setelah reformasi ekonomi Tiongkok pada 1980-an. CEO dari perusahaan milik negara merupakan pejabat pemerintah sementara CEO perusahaan swasta adalah pendirinya sendiri atau rekanan yang melanjutkan bisnis keluarga.
Francis Dinha, CEO OPENVPN
AS memiliki hak untuk memposisikan Huawei sebagai ancaman, tapi saya tidak percaya bahwa segala bentuk larangan terhadap produk apapun adalah solusi yang benar. Apa pun produk atau peralatan yang digunakan untuk 5G akan mempunyai risiko keamanan. Dengan jumlah data yang semakin tinggi, maka akan semakin kuat pula risiko yang muncul. Menarik pesaing keluar dari pasar dapat membuat perusahaan lain cepat berpuas diri, sehingga membuat pengembangan dan inovasi melambat yang akan menimbulkan risiko yang lebih besar secara keseluruhannya.
Daripada bergantung pada jaringan sendiri agar aman, kita seharusnya membangun lapisan jaringan virtual yang aman pada infrastruktur 5G yang dapat menyediakan keamanan end-to-end, dikontrol dan dikelola oleh operator jaringan 5G. Kita memerlukan pedoman untuk meningkatkan keamanan jaringan, dan kita harus terus mendorong agara software untuk peralatan ini bersifat open-source. Open-source berarti transparansi dan keamanan, hal ini lah yang dibutuhkan ketika kita pindah ke 5G.
Huawei adalah ancaman, tapi ada cara lain selain larangan atau boikot untuk mengurangi resiko. Tak peduli siapa yang membuat peralatan 5G, kita harus lebih proaktif tentang keamanan siber.
William Snyder, Professor Hukum Universitas Syracuse
Huawei adalah ancaman bagi keamanan nasional AS, tapi ini membuat kita luput akan poin yang lebih penting. Poin tersebut adalah kerentanan dalam rantai pasokan jaringan hardware dan software. Hal ini akan terus menjadi ancaman bagi keamanan nasional AS dan negara lain, termasuk China.
Jika Huawei tidak melakukan kejahatan seperti tudingan AS, perusahaan mana pun yang secara luas memasok komponen untuk jaringan telekomunikasi dan mempunyai hubungan dengan People’s Liberation Army merupakan sebuah ancaman. Keharusan Huawei untuk beroperasi di bawah hukum China terkait kerja sama dengan militer China dan agen intelijen merupakan hal yang perlu dijadikan kekhawatiran.
Status Huawei sebagai ancaman sangatlah unik. Huawei sendiri membeli komponen dari perusahaan-perusahaan besar AS seperti Qualcomm. Perusahaan tersebut dalam sorotan terkait kekhawatiran adanya kerja sama mereka dengan agensi intelijen AS.
Senator AS Mark Warner
Ada cukup bukti yang mengindikasikan bahwa tidak ada perusahaan besar asal China yang independen dan bebas dari pengaruh Pemerintah China. Tak terkecuali Huawei, yang oleh Pemerintah China ditasbihkan sebagai ‘Juara Nasional’.
Mengizinkan keberadaan Huawei dalam infrastruktur 5G kita dapat membahayakan keamanan nasional dan meningkat risiko pada rantai pasokan negara. Hal ini dapat juga mengganggu kemampuan bersaing AS ketika China telah berusaha untuk menyalip AS dalam bidang teknologi maupun ekonomi melalui bantuan teknologi dari pemerintah.
Senator AS Marco Rubio
Huawei adalah perusahaan telekomunikasi yang diarahkan Pemerintah China dengan satu tujuan: memenangkan kompetisi global dengan mencuri data perdagangan rahasia dan kekayaan intelektual, dan memberikan harga murah yang didukung oleh pemerintah China.
Industri canggih seperti kendaraan tanpa sopir dan Internet of Things akan bergantung pada teknologi ini, dan tindakan apapun yang mengancam industri abad ke-21 mulai dari pengembangan dan penerapan 5G tak diragukan lagi mengancam baik keamanan nasional maupun ekonomi.
Share: