IND | ENG
Intelligent Sensing, Bagian Integral Pemerintahan Smart Cities

Ilustrasi Smart Cities | Dok. Huawei

Intelligent Sensing, Bagian Integral Pemerintahan Smart Cities
REDAKSI Diposting : Rabu, 06 Maret 2024 - 00:18 WIB

Cyberthreat.id - Warga kota-kota besar seperti DKI Jakarta menghadapi banyak tantangan terkait kualitas hidup. Salah satunya adalah masalah kualitas udara. Tingkat polusi udara yang tersaji pada indeks kualitas udara telah menjadi perhatian bagi penduduk di kota-kota besar.

Indeks ini merupakan barometer kualitas udara di kota-kota tersebut. Baik atau buruknya kualitas udara di wilayah perkotaan seperti Jakarta, kerap kali menjadi sorotan publik. Berbagai faktor penyumbang polusi seperti emisi gas buang dari kendaraan bermotor, cerobong pabrik, hingga pembangkit listrik telah menjadi sasaran amarah netijen.

Indeks kualitas udara mengukur konsentrasi partikulat PM2.5 di udara. PM2.5 merupakan partikel polusi udara terkecil dan paling berbahaya karena dapat menimbulkan sederet masalah kesehatan bagi tubuh. Sebut saja asma, rhinitis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kardiovaskular hingga kulit. Adapun standar kualitas udara sehat menurut WHO berada pada rentang konsentrasi PM2.5 rata-rata 24 jam antara 0 hingga 15 µg/m³.

Ada beragam tools teknologi untuk mengukur PM2.5 ini. Salah satunya adalah teknologi nanosensors yang menjadi bagian dari teknologi intelligent sensing. Teknologi ini memungkinkan pemerintah kota cerdas memonitoring secara real time apa yang terjadi di wilayah kotanya, termasuk kualitas udara. Setiap data yang terkumpul dapat dijadikan bahan pertimbangan ketika merilis kebijakan yang tepat guna mengontrol kualitas udara di seluruh bagian kotanya.

Tak hanya itu, data yang terekam oleh nanosensors dapat juga dianalisis dan digunakan untuk merumuskan model kebijakan kesehatan yang dibutuhkan oleh warga sesuai dengan dinamika terkini. Dengan kata lain, teknologi nanosensors mempunyai segudang manfaat bagi manajemen pemerintahan berbasis smart cities.

"Pada tahun 2030, kombinasi implementasi teknologi TIK dan data biologis dapat mewujudkan komputasi di bidang kesehatan yang berujung pada peningkatan kesehatan dan kualitas hidup kita," ujar David Wang, President of ICT Products & Solutions, Huawei.

Berdasarkan kajian Intelligent World 2030, Huawei memprediksi teknologi intelligent sensing seperti nanosensors bakal digunakan secara meluas. Tidak hanya di sektor pemerintahan, tetapi juga menjangkau hingga sektor kesehatan, industri manufaktur, konservasi alam, dan masih banyak lagi.

Penerapan solusi teknologi maju seperti ini telah menjadi motor pembangunan smart cities di berbagai belahan dunia. Tentu saja, tujuannya bukan hanya untuk pamer kemajuan kota, melainkan meningkatkan kualitas layanan publik serta hidup masyarakat yang tinggal di perkotaan.

Apalagi, tren bedol dari desa menuju kota-kota besar di seluruh dunia terus menguat. Pada laporan Population Fund, tim ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memprediksi, populasi urban bakal menyentuh 60 persen secara global. Hal ini menandakan semakin banyak warga dari kawasan pedesaan yang hijrah ke perkotaan. Jika tidak disikapi dengan bijak dan cermat, arus perpindahan penduduk yang masif ini bakal menimbulkan masalah sosial yang meresahkan.

Melalui riset dan pengembangan serta inovasi terbarunya, perusahaan teknologi seperti Huawei dapat menawarkan solusi teknologi untuk mengatasi berbagai masalah urban yang tidak terbatas pada masalah koneksi internet cepat saja. Koneksi internet 5G yang cepat dan stabil merupakan fondasi dari implementasi solusi teknologi cloud computing, big data, hingga kecerdasan artifisial (AI). Kombinasi penggunaan solusi TIK ini dapat menciptakan dampak manfaat yang luas.

“Dimotori oleh solusi TIK generasi terbaru, komputasi kesehatan akan terwujud, masyarakat dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik, produksi pangan didorong oleh data, perkotaan menjadi lebih nyaman ditinggali, gedung-gedung menjadi lebih hijau, berwisata menjadi lebih nyaman dari sebelumnya, pengelolaan industri menjadi lebih cerdas, dan menjadikan tingkat kepercayaan masyarakat yang lebih kuat,” ujar Wu Hequan, Director of the Advisory Committee of Internet Society of China (ISC), dalam kata sambutannya di kajian Intelligent World 2030.

Dalam proyeksinya, Huawei melihat pengembangan infrastruktur digital merupakan solusi terbaik bagi manajemen perkotaan. Huawei membagi pembangunan infrastruktur digital ke dalam empat lapisan.

Nanosensor Memimpin Disrupsi Intelligent Sensing

Dimulai dari intelligent sensing system yang dapat mendeteksi kejadian atau perubahan yang terjadi di perkotaan beserta isinya secara akurat. Huawei meyakini teknologi nanosensor akan memimpin disrupsi di bidang intelligent sensing. Nanosensor berperan besar membantu pemerintah memonitor perubahan iklim dan lingkungan, kesehatan, hingga keamanan dan keselamatan di kawasan industri.

Teknologi nanosensor tidak hanya digunakan untuk menakar tingkat keamanan polusi udara atau kandungan bahan kimia. Teknolgi ini juga dapat mendeteksi perubahan indikator kesehatan, seperti suara detak jantung manusia, yang akan bermanfaat dalam bidang medis.

Intelligent Connectivity: Teknologi Konektivitas 10 Gigabit

Kemudian, intelligent connectivity yakni jaringan internet cepat berbasis kabel dan nirkabel yang menghubungkan setiap sendi perkotaan. Kota-kota cerdas memerlukan dukungan teknologi koneksi, seperti 5G, F5G, dan gigabit Wi-Fi, yang menyalurkan koneksi internet berkecepatan tinggi dengan jangkauan yang luas.

Arus lalu lintas informasi yang cepat membutuhkan jaringan konektivitas optik untuk menyatukan data operasional infrastruktur fisik ke dalam jaringan infrastruktur komunikasi yang dimiliki suatu kota. Kehadiran koneksi super cepat membuka peluang baru bagi industri edukasi, video dan broadcasting, IT, dan pengembangan software.

Intelligent Hub Jadi 'Otak' Sebuah Kota

Berikutnya adalah intelligent hub yang berperan sebagai 'otak' kota yang menggerakkan sistem pengambilan keputusan pemerintah. Intelligent hub menjadi pusat pengelola data dalam jumlah masif dan memungkinkan pembagian data ke seluruh bagian kota sehingga sistem AI dapat membantu pemerintah mengambil keputusan atau merilis kebijakan yang data-driven dan akurat.

Sebagai contoh, ketika nanosensor diterapkan secara luas, data mobilitas orang, kendaraan bermotor hingga gedung dapat terkumpul dan diolah di intelligent hub. Data ini dapat digunakan sebagai landasan dalam mengelola arus lalu lintas, mengurangi polusi dan kerusakan lingkungan urban, hingga mendeteksi dampak kemacetan terhadap kesehatan penduduk.

Penciptaan Ekosistem Smart Applications

Terakhir adalah smart applications. Ekosistem aplikasi cerdas dapat dibangun di atas infrastruktur digital sebagai fondasinya. Aplikasi ini bakal menjamin kelancaran, efisiensi, dan efektivitas layanan publik. Empat bagian ini merupakan satu kesatuan yang akan saling mendukung satu sama lain mendukung implementasi konsep kota cerdas.

Aplikasi cerdas berbasis AI akan mengakselerasi digitalisasi wilayah perkotaan. Huawei dan Distrik Guangming, Shenzhen telah memulai pengembangan aplikasi tersebut. Dari aplikasi ini, pelaku industri dapat memanfaatkan platform cloud computing dan penyimpanan yang terbuka untuk publik guna mendukung pengembangan bisnisnya. Sedangkan, para peneliti dapat memanfaatkan aplikasi tersebut untuk menghasilkan analisis gambar, gen hingga pengembangan obat-obatan. []

#huawei   #smartcities   #intelligentsensing

Share:




BACA JUGA
BSSN-Huawei Techday 2024
Keamanan Siber Membutuhkan People, Process, dan Technology.
Huawei Pamerkan Produk Unggulan di MWC Barcelona
Huawei Cloud Pasok Energi Positif Bagi Proses Bisnis
Huawei Gelar Media Camp 2023, Perkuat Kolaborasi Sukseskan Transformasi Digital Indonesia