IND | ENG
China Hapus Pidato PM India di Weibo, India Serukan Boikot Teknologi China

Ilustrasi

China Hapus Pidato PM India di Weibo, India Serukan Boikot Teknologi China
Arif Rahman Diposting : Senin, 22 Juni 2020 - 13:22 WIB

Cyberthreat.id - Konten pidato Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi, kepada menteri dan pejabat India dihapus oleh sejumlah media sosial China termasuk Weibo. Konten yang dihapus termasuk komentar juru bicara kementerian luar negeri India (MEA) seiring dengan konflik dan saling bunuh antara tentara India dan China di Lembah Galwan, Ladakh, Senin (15 Juni 2020).

Pernyataan PM Modi terkait terbunuhnya tentara India dalam bentrokan di Lembah Galwan. Konten tersebut tidak dapat diakses di WeChat. Halaman tersebut mengatakan konten telah dihapus oleh penulis, sedangkan pejabat kedutaan India mengatakan mereka belum menghapusnya.

"Pejabat kedutaan India di Beijing mengatakan transkrip pernyataan juru bicara MEA Anurag Srivastava ditemukan telah dihapus dari akun kedutaan Sina Weibo pada 18 Juni," tulis Times of India, Minggu (21 Juni 2020).

Setelah peristiwa tersebut, pejabat India kembali mengunggah tangkapan layar komentar Srivastava pada 19 Juni. Dalam komentarnya, Srivastava meminta China untuk tidak mengambil tindakan sepihak untuk mengubahnya.

Sina Weibo, yang mirip dengan Twitter di China, memiliki jutaan pengguna termasuk semua kedutaan besar di Beijing. PM Modi juga membuka akun di Sina Weibo untuk berinteraksi dengan orang China.

Pernyataan juru bicara MEA juga telah dihapus dari akun resmi WeChat yang tidak dapat melihat konten ini karena melanggar peraturan.

PM Modi membuka akun di Weibo selama kunjungannya ke China pada tahun 2015. Tidak ada narasi terkait dengan konfrontasi militer India vs China yang diposting di halamannya.

Lampu Merah bagi China?

Sebelumnya, South China Morning Post (SCMP) menerbitkan pemberitaan tentang ancaman India yang akan memboikot produk teknologi China akibat bentrokan berdarah di Lembah Galwan. Disebutkan bahwa negara-negara Asia Selatan "menyerukan boikot berbagai barang buatan China, mulai dari aplikasi hingga smartphone".

Seruan boikot muncul di berbagai platform media sosial di India, setelah Angkatan Darat (AD) India mengonfirmasi 20 tentaranya tewas dalam pertempuran dengan pasukan China di sepanjang perbatasan kedua negara yang disengketakan, Senin (15 Juni 2020) malam.

"Sentimen kuat anti-Cina (di India) saat ini jelas merupakan bendera merah bagi perusahaan teknologi China," kata Lin Minwang, Direktur Pusat Studi Asia Selatan, Fudan University, Shanghai, dilansir SCMP, Jumat (19 Juni 2020).

Di TikTok, tiba-tiba terjadi lonjakan video dengan tagar #BoycottChineseProducts, #IndiaChinaborder dan #Chinaborder, yang telah merekam tayangan masing-masing 7,3 juta, 10,5 juta dan 11,5 juta.  Aplikasi berbagi video yang dimiliki ByteDance merupakan target potensial boikot. TikTok adalah aplikasi hiburan paling populer di India, menurut pelacak pasar aplikasi, App Annie.

Pada Kamis (18 Juni 2020) tagar #HindiCheeniByeBye menduduki peringkat lima besar tren Twitter terpopuler India. Tagar ini disebutkan di lebih dari 116.000 posting.

"Laporan media lokal India mengatakan sekitar 52 aplikasi seluler yang terhubung ke China telah ditandai oleh otoritas intelijen India. Badan intelijen meminta New Delhi untuk memblokir atau menerbitkan peringatan bahwa aplikasi milik China dapat membahayakan data pengguna India," tulis Hindustan Times.

Aplikasi yang ditandai merah termasuk TikTok, platform streaming langsung Bigo Live, aplikasi konferensi video Zoom, platform microblogging Weibo, dan aplikasi video sosial Tencent Holdings, Kwai dan aplikasi pesan sosial serbaguna WeChat.

Aplikasi lain yang ditargetkan adalah dari vendor ponsel pintar Xiaomi Corp, penyedia pencarian online Baidu dan raksasa e-commerce Alibaba Group Holding, perusahaan induk dari South China Morning Post.

Bagi China, boikot atau larangan penggunaan terhadap produk teknologi akan menjadi pukulan besar di pasar aplikasi terbesar di dunia.

"TikTok, misalnya, adalah aplikasi hiburan yang akan mengalami penurunan pengguna signifikan jika tren boikot ini terus berlanjut," kata Meenakshi Tiwari, seorang analis teknologi independen yang berbasis di New Delhi.[]

#India   #China   #boikotteknologi   #mediasosial   #weibo   #TikTok   #Xiaomi   #WeChat   #perangdagang

Share:




BACA JUGA
Peretas China Beroperasi Tanpa Terdeteksi di Infrastruktur Kritis AS selama Setengah Dekade
Indonesia Tingkatkan Kolaborasi Pemanfaatan AI dengan China
Dicecar Parlemen Soal Perlindungan Anak, Mark Facebook Minta Maaf
Meta Digugat, Dinilai Tak Mampu Lindungi Anak dari Predator Seksual
Konni Gunakan Dokumen Microsoft Word Berbahasa Rusia untuk Kirim Malware