
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - Apa yang terjadi selama Lockdown atau pembatasan sosial di masa pandemi Covid-19 menimbulkan ancaman baru bagi anak-anak. Panggilan video dengan teman dan keluarga, interaksi di media sosial, game online, belajar di rumah, semuanya membuat kehidupan anak-anak bergeser lebih jauh dari dunia nyata ke dunia virtual online.
Kondisi itu dimanfaatkan predator seksual anak-anak untuk mencari korban lebih luas. Europol baru-baru ini menerbitkan laporan yang menyoroti peningkatan berbagi gambar-video eksploitasi seksual anak secara online dan bagaimana menghadapi ancaman serius ini untuk keselamatan anak-anak.
Predator seksual anak-anak adalah kejahatan berat. Di saat file maupun video mereka dibagikan secara luas di dunia Maya, seorang anak menjadi korban berkali-kali setiap konten itu dibagikan.
"Krisis Covid-19 mengakibatkan lonjakan distribusi online materi pelecehan seksual anak yang sudah mencapai tingkat tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Setiap kali gambar atau video dibagikan, mengakibatkan anak menjadi korban berulang-ulang," kata Direktur eksekutif Europol, Catherine De Bolle di situsnya, Jumat (19 Juni 2020).
"Terpenting adalah bagaimana kita merespon kejahatan ini," tegasnya.
Penegak hukum di berbagai negara melihat jumlah materi eksploitasi seksual anak yang dibagikan secara online meningkat secara global. Aktivitas kriminal predator seksual ini terjadi di media sosial, melalui jaringan peer-to-peer, hingga di Dark Web. Di beberapa negara tertentu, banyak terjadi pelecehan seksual, seperti ajakan online dan sextortion.
Self-Generated Content
Tawaran video webcam anak-anak meningkat pesat di forum kriminal dan pasar gelap. Termasuk video yang menggambarkan anak-anak yang terpaksa atau dipaksa; video yang diproduksi oleh anak-anak untuk teman sebaya atau untuk perhatian media sosial; serta video orang lain yang diambil tanpa sepengetahuan korban.
Ada juga video "kompetisi" yang diselenggarakan dalam forum web eksploitasi seksual anak. Ini salah satu penyebab munculnya konten seksual anak yang bersifat Self-Generated content sehingga orang berlomba-lomba. Di forum tersebut, pelaku tidak hanya bertukar materi pelecehan seksual, tetapi juga berbagi "praktik terbaik" tentang cara menipu dan memaksa lebih banyak korban.
Konten Berbayar
Meskipun pertukaran materi pelecehan anak biasanya tidak termotivasi oleh keuntungan finansial atau menghasilkan uang, tapi dalam beberapa kasus pelaku membayar, seperti pelecehan anak yang tinggal jauh di tempat yang jauh.
Kemudian membayar melalui live-streaming karena pelaku tidak dapat melakukan perjalanan mencari korban sehingga anak-anak dilecehkan atas permintaan mereka lalu konten itu dibayar.
Konten materi pelecehan anak juga dapat disamarkan di balik iklan yang menghasilkan keuntungan penjahat dengan formula "bayar per klik". Motivasi finansial ini akan meningkat seiring menurunnya ekonomi dan terjadinya krisis.
"Dengan adanya konten berbayar pelecehan anak online, maka akan semakin banyak predator seksual sehingga pertukaran materi pelecehan terus meningkat dan menambah korban baru," tulis Europol.
Kampanye dan Literasi
Europol terus memantau aktivitas biadab ini sekaligus memberikan dukungan berkelanjutan kepada Negara-negara Uni Eropa untuk mengidentifikasi pelaku dan korban.
Dengan meluncurkan kampanye "Jejak objek" (Trace am Object), Europol melibatkan banyak elemen masyarakat dalam menyediakan petunjuk untuk mengidentifikasi korban dan pelanggar.
Kampanye #SayNo di seluruh Eropa memberikan kesadaran kepada anak-anak tentang bahaya yang mereka hadapi saat membagikan materi eksplisit secara online. Seperti yang dilaporkan sebelumnya oleh Europol, materi eksplisit yang dihasilkan sendiri merupakan ancaman signifikan terhadap keselamatan anak-anak.
Masyarakat, termasuk penegakan hukum, perlu lebih fokus pada pendidikan anak-anak dan mencegah mereka menjadi korban/target sejak awal.[]
Share: