IND | ENG
TikTok Sebut Sensor Terhadap Tagar BlackLivesMatter Akibat Bug

Ilustrasi

TikTok Sebut Sensor Terhadap Tagar BlackLivesMatter Akibat Bug
Tenri Gobel Diposting : Selasa, 02 Juni 2020 - 20:01 WIB

Cyberthreat.id - TikTok menanggapi tuduhan telah menyensor tagar #BlackLivesMatter di tengah protes luar biasa terhadap kematian George Floyd - seorang pria kulit hitam yang terbunuh dalam penangkapan polisi pada 25 Mei - yang memicu kerusuhan besar di Amerika Serikat (AS). TikTok beralasan sensor terjadi karena kesalahan teknis bug.

Melalui akun @TikTokSupport, platform berbagi video itu menjelaskan jumlah tampilan yang tidak akurat berasal dari kesalahan teknis yang "secara luas mempengaruhi jumlah tampilan yang ditampilkan pada tagar di tahap unggah."

"Bug ini untuk sementara waktu memengaruhi jumlah tampilan yang ditampilkan pada tagar di layar Compose saja; itu tidak memengaruhi tagar, video, atau penemuan konten yang diunggah,” tulis TikTok Support, Sabtu (30 Mei 2020).

Pada Senin (1 Juni 2020), TikTok merilis pernyataan melalui blognya bertajuk "A message to our Black Community" yang berisikan permintaan maaf kepada warga kulit hitam dan menyuarakan niat untuk mempromosikan dan melindungi ragam perbedaan sebagai kekayaan.

"Kami meminta maaf kepada para content creator dan komunitas kulit hitam (Black) yang merasa tidak aman, tidak didukung, atau ditekan. Kami tidak pernah ingin orang lain merasa seperti itu. Kami menyambut suara-suara komunitas Black dengan sepenuh hati," tulis TikTok.

General Manager TikTok AS, Vanessa Pappas, bersama Direktur Komunitas content creator, Kudzi Chikumbu, menegaskan akan berdiri dalam solidaritas bersama komunitas Black dan industri musik akan berpartisipasi dalam "Black Out Tuesday" dengan mematikan playlist dan kampanye pada halaman Sounds untuk menghormati momentum refleksi dan aksi unjuk rasa.

Tuduhan penyensoran muncul pada Kamis (28 Mei 2020) ketika seorang pengguna TikTok menyatakan tidak dapat melihat postingan dengan tagar #BlackLivesMatter karena pencarian awal untuk istilah tersebut menunjukkan tagar itu memiliki 0 tampilan.

"TikTok memblokir tagar #blacklivesmatter dan setiap tagar yang terkait #GeorgeFloyd," tulis akun @revengejda yang di waktu singkat mengumpulkan lebih dari 100.000 tombol like.

"Ini menjijikkan. F*ck TikTok," tegasnya.

Ada juga komentar yang menuduh TikTok anti-black menyatakan, "Kami telah melihat hal-hal yang Anda promosikan dan hal-hal yang Anda hapus dari platform Anda. Kamu (TikTok) anti-black".

Kritik Terus Berdatangan

Akun TikTok support terus berupaya menjawab tweet viral dari @revengejda yang menyatakan perusahaan telah "mengetahui masalah" terkait dengan jumlah tagar, masalah yang tampaknya memengaruhi “kata-kata secara acak, termasuk istilah seperti #cat dan #helllo."

Perusahaan menyatakan sedang menyelidiki dan tim support bekerja dengan cepat untuk mengatasi masalah ini.

"Masalah teknis ini mempengaruhi banyak istilah. Kami menyadari hal itu datang pada saat yang menyakitkan bagi komunitas kulit hitam. Kami sangat menghargai ragam suara di TikTok dan kami mohon maaf atas kebingungan dan rasa sakit yang disebabkan oleh situasi ini."

Meskipun sudah meminta maaf, tweet itu masih mendapat kritikan dari para komentator yang menuduh platform TikTok sengaja menghapus video tentang komunitas kulit hitam dan tidak responsif terhadap perasaan mereka.

"Anda (TikTok) tidak menanggapi email dan terus mengabaikan ketika video dihapus tidak bertentangan dengan pedoman Anda. Anda belum menanggapi banyak permohonan saya," tulis seorang pengguna Twitter.

"Aku tidak tahu siapa yang menjalankan @tiktok_us, tetapi kami perlu didengar. Aplikasi ANDA menghasilkan uang. Jadi kami harus didengar." []

Redaktur: Arif Rahman

#TikTok   #BlackLivesMatter   #tagar   #kerusuhanAS   #georgefloyd   #mediasosial   #bug   #bot   #hoax

Share:




BACA JUGA
Jaga Kondusifitas, Menko Polhukam Imbau Media Cegah Sebar Hoaks
Dicecar Parlemen Soal Perlindungan Anak, Mark Facebook Minta Maaf
Ada Bot Spam di Akun X Cawapres Mahfud
Malvertising Baru, Distribusikan PikaBot yang Menyamar sebagai Perangkat Lunak Populer
Meta Digugat, Dinilai Tak Mampu Lindungi Anak dari Predator Seksual