
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - Sekjen Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Revolusi Riza mengatakan para wartawan/jurnalis di Tanah Air menunggu langkah kongkrit aparat penegak hukum dalam menindaklanjuti kasus doxing, teror, dan intimidasi terhadap wartawan Detikcom hanya karena sebuah pemberitaan. Menurut dia, dalam kasus doxing tersebut, ancaman pembunuhan terhadap jurnalis melalui WhatsApp tidak bisa dianggap remeh.
"Kita menunggu konsistensi dari penegak hukum untuk melaksanakan fungsinya karena ancaman pembunuhan terhadap jurnalis bukan main-main," kata Revolusi Riza kepada Cyberthreat, Jumat (30 Mei 2020).
Doxing, kata dia, telah menjadi concern khusus AJI. Berdasarkan catatan AJI, sepanjang tahun 2019 hingga saat ini (Mei 2020) terdapat empat kasus doxing terhadap jurnalis. Jumlah itu baru kasus yang terungkap, sedangkan banyak kasus intimidasi lain seperti teror-teror yang dialami jurnalis tidak dipublikasikan dengan alasan permintaan korban.
Perkembangan teknologi informasi juga menuntut seorang jurnalis harus memahami risiko-risiko baru saat bertugas. Teknologi informasi bisa digunakan oleh orang-orang yang berniat jahat, melakukan bullying, ancaman, intimidasi, pembunuhan karakter, hingga peretasan kepada wartawan melalui ruang digital.
"Kalau memang negara dan aparat memiliki komitmen yang kuat terhadap kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berekspresi, maka seharusnya kejadian ini menjadi concern yang serius bagi mereka," ujarnya.
Empat kasus kasus doxing yang terjadi kepada jurnalis dan dipublikasikan diantaranya, jurnalis Detik.com yang di-doxing karena berita tentang pernyataan juru bicara Persaudaraan Alumni 212 Novel Bamukmin saat meliput peristiwa yang disebut “Aksi Bela Tauhid".
Jurnalis Kumparan.com dipersekusi karena tidak menyematkan kata 'habib' di depan nama Rizieq Shihab dalam beritanya. Kemudian doxing terhadap jurnalis CNNIndonesia.com terkait berita berjudul "Amien: Tuhan Malu Tak Kabulkan Doa Ganti Presiden Jutaan Umat".
Satu kasus terjadi pada September 2019 terhadap Febriana Firdaus, jurnalis yang melaporkan untuk Al-Jazeera. Febriana di-doxing dan diteror karena pemberitaan terkait kerusuhan di Papua. Cyberthreat.id juga mengonfirmasi kepada AJI Jakarta terdapat satu lagi kasus doxing terhadap jurnalis Kompas.com yang tidak dipublikasikan.
"Di Polri kan sudah ada unit cyber, kemudian Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kominfo dan lembaga-lembaga lainnya. Maksud saya, ini semua harus bergerak karena dibentuk untuk mengatur dan menindak pelanggaran di dunia cyber," tegas Riza.
Share: