IND | ENG
Bos Facebook Kritik Twitter Soal Kebijakan yang Bikin Murka Donald Trump

Kolase foto Mark Zuckerberg dan Jack Dorsey

Bos Facebook Kritik Twitter Soal Kebijakan yang Bikin Murka Donald Trump
Yuswardi A. Suud Diposting : Kamis, 28 Mei 2020 - 13:13 WIB

Cyberthreat.id - Dua platform soal media yang sama-sama mengklaim anti-hoax mengambil sikap berbeda terkait postingan Presiden Amerika Donald Trump yang menyebut penggunaan mail-in ballots (surat suara dikirim ke alamat pemilih dan dikembalikan melalui pos) dapat meningkatkan kecurangan dalam pemilu presiden Amerika mendatang.

Pada Selasa lalu (28 Mei 2020), Twitter menilai postingan itu berpotensi menyesatkan dan menandainya dengan label cek fakta dan mengarahkan pembaca ke kumpulan berita dan pernyataan yang berlawanan dengan pernyataan Trump.

Trump juga mengunggah hal yang sama di laman Facebook-nya. Namun, Facebook tak memberi tanda apapun pada postingan itu.


Postingan Trump di Facebook yang sama dengan unggahan yang diberi label cek fakta di Twitter.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, CEO Facebook Mark Zuckerberg mengatakan perusahaan swasta seharusnya tidak menjadi "wasit kebenaran."

"Kami punya kebijakan berbeda, saya kira, dengan Twitter dalam hal ini," kata Mark.

Dia menambahkan,"Saya hanya sangat percaya bahwa Facebook tidak boleh menjadi wasit kebenaran dari semua yang dikatakan orang secara online."

"Secara umum, perusahaan swasta mungkin tidak boleh, terutama perusahaan platform ini, tidak boleh dalam posisi melakukan itu," ujar Mark.

Menanggapi reaksi Mark itu, CEO Twitter Jack Dorsey membela keputusan yang diambil perusahaannya.

Menurut DOrsey, perusahaannya akan "terus menunjukkan informasi yang salah atau disengketakan terkait pemilihan umum secara global."

"Ini tidak membuat kami menjadi wasit kebenaran," kata Dorsey seraya menambahkan,"Tujuan kami adalah untuk menghubungkan titik-titik pernyataan yang bertentangan dan menunjukkan informasi dalam perselisihan sehingga orang dapat menilai sendiri. Lebih banyak transparansi dari kami sangat penting sehingga orang dapat dengan jelas melihat alasan di balik tindakan kami."

Seperti diberitakan sebelumnya, pada hari Selasa  (26 Mei 2020) Trump membuat dua postingan bersambung tentang pemungutan suara lewat surat (mail-in ballots). Trump bilang, mail-in-ballots (yang surat suaranya didistribusikan ke pemilih dan dikirim atau dikembalikan melalui pos),bisa menimbulkan kecurangan dalam pemilu presiden.


Cuitan Trump  yang diberi label cek fakta oleh Twitter.

Dalam cuitan itu, Trump mengkritik upaya negara bagian California memperluas pemungutan suara lewat surat karena pandemi Covid-19 untuk pemilu presiden nanti. Kebijakan Gubernur California juga digugat oleh Komite Nasional Republik yang merupakan partai pendukung Trump.

"Kotak surat akan dirampok, surat suara akan dipalsukan dan bahkan dicetak secara ilegal dan ditandatangani secara curang...," tulis Trump.

Oleh Twitter, pada bagian bawah kicauan Trump itu diberi tanda dengan tulisan berwarna biru yang berbunyi "Dapatkan fakta tentang mail-in ballots."

Ketika diklik, tanda khusus itu mengarahkan ke halaman yang berisi kumpulan berita dari media mainstream di Amerika seperti dan cuitan tokoh berpengaruh yang sebagian besar menyangkal pernyataan Trump.

Pada bagian paling atas, Twitter membuat rangkuman "apa yang harus Anda tahu" tentang mail-in ballots berisi tiga poin yang membantah penyataan Trump. Tiga poin itu adalah:

1. Trump secara keliru mengklaim bahwa surat suara secara langsung akan mengarah pada "Pemilu yang curang." Namun, pemeriksa fakta mengatakan tidak ada bukti bahwa surat suara yang masuk terkait dengan penipuan pemilih.

2. Trump salah mengklaim bahwa California akan mengirim surat suara ke "siapa pun yang tinggal di negara bagian, tidak peduli siapa mereka atau bagaimana mereka sampai di sana." Faktanya, hanya pemilih terdaftar yang akan menerima surat suara.

3. Lima negara bagian telah memberikan suara sepenuhnya melalui surat dan semua negara bagian menawarkan beberapa bentuk surat absensi, menurut NBC News.

Tak terima diperlakukan begitu, Trump pun melampiaskan kekesalannya dalam cuitan berikutnya hari ini, Rabu (27 Mei 2020).

Twitter sekarang mencampuri Pemilihan Presiden 2020. Mereka mengatakan pernyataan saya tentang mail-in ballots, yang akan mengarah pada kecurangan besar-besaran dan penipuan, tidak benar, berdasarkan pemeriksaan fakta oleh berita palsu CNN dan Amazon Washington Post," kata Trump.

"Twitter benar-benar melumpuhkan kebebasan berbicara, dan saya, sebagai Presiden, tidak akan membiarkan itu terjadi!," tulis Trump.

Pada hari Rabu kemarin, Trump kembali mengungkapkan kemarahannya dan menjanjikan akan ada "tindakan besar" terhadap situs media sosial yang dia yakini menyensor Partai Republik dan mengancam akan "menutupnya."[]

 

#twitter   #jackdorsey   #donaldtrump   #hoax   #markzuckerberg   #facebook   #cekfakta

Share:




BACA JUGA
Jaga Kondusifitas, Menko Polhukam Imbau Media Cegah Sebar Hoaks
Dicecar Parlemen Soal Perlindungan Anak, Mark Facebook Minta Maaf
Meta Luncurkan Enkripsi End-to-End Default untuk Chats dan Calls di Messenger
Antisipasi Deep Fake, Wamen Nezar Patria: Kominfo Lindungi Kelompok RentanĀ 
Malware NodeStealer Pasang Umpan Wanita Seksi untuk Bajak Akun Bisnis Facebook