
Ilustrasi
Ilustrasi
Jakarta, Cyberthreat.id - Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta menyatakan telah menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk membantu tenaga medis dalam melakukan pendeteksian terhadap seseorang yang berpotensi terpapar virus corona (Covid-19).
RSPP mengklaim sebagai rumah sakit pertama di Indonesia yang menerapkan. AI. Dalam hal ini, RSPP menerapkan AI-Assisted Analysis, teknologi yang dikembangkan bersama raksasa teknologi China, Huawei.
Radiologi RSPP, Ahmad Hariri mengatakan para tenaga medis sangat terbantu dengan diterapkannya teknologi tersebut, sehingga membawa dampak positif terhadap peningkatan kualitas penanganan pasien Covid-19, khususnya diagnosis terhadap pasien.
"Solusi ini efektif meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam melakukan pendeteksian serta diagnosis terhadap pasien-pasien terdampak Covid-19," kata Ahmad dalam siaran pers kepada Cyberthreat.id, Selasa (14 April 2020).
AI, kata Ahmad, dapat secara cepat mengetahui kondisi paru-paru pasien dan munculnya area pelukaan pada organ paru-paru yang menjadi salah satu penanda adanya infeksi virus Sars-CoV 2.
"Solusi ini mampu mendeteksi gambaran Pneumonia di tahap awal. Melalui alat buatan Huawei ini, dalam kisaran waktu sekira 30 detik kami bisa memperoleh indikasi apakah pasien terinfeksi Covid-19 atau tidak."
"Ketika didapatkan gambaran normal, maka akan muncul ikon warna hijau. Namun, ketika didapatkan gambaran infiltrat (ciri khas pneumonia), ikon warna merah akan muncul. Dengan kata lain, pasien tersebut terindikasi terinfeksi virus," ujar Ahmad.
Berdasarkan 50 data pasien yang diperiksa, tingkat akurasinya mencapai 93 persen. Artinya, AI yang digunakan memiliki tingkat akurasi tinggi dalam mendeteksi pasien Covid-19.
Solusi AI juga dapat digunakan untuk melakukan percepatan treatment lanjutannya. Sebab, dalam aplikasi AI milik Huawei ini, ketika ditemukan gambar hasil pemindaian paru-paru yang terinfeksi virus akan langsung diketahui volume dan segmen-segmen wilayah paru-parunya.
"Hal itu akan memberikan referensi tambahan bagi radiolog dalam melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang berpotensi terpapar Covid-19."
Direktur utama PT Pertamina Bina Medika IHC, Fathema Djan Rachmat, mengatakan saat ini sektor kesehatan di Tanah Air sedang dihadapi oleh tantangan besar akibat pandemi virus corona. Itu sebabnya percepatan pendeteksian Covid-19 menjadi salah satu upaya strategis yang harus dilakukan.
"Semakin cepat kita bisa melakukannya, maka semakin cepat pula kita bisa melakukan upaya medis yang mampu mengonversi jumlah pasien positif Covid-19 menjadi negatif," kata Fathema.
Di era Big Data, kata dia, teknologi yang canggih mampu melakukan analisis data secara cerdas dan efisien seperti AI. Hal itu menjadi sangat penting untuk didayagunakan, mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar, sehingga diperlukan adanya percepatan pendeteksian dengan menggunakan teknologi terbarukan.
Vice President Public Affairs and Communications Huawei Indonesia, Ken Qijian, mengatakan Huawei berkomitmen mengembangkan teknologinya kepada dunia kesehatan tanpa dikenakan biaya selama masa pandemi ini berlangsung.
"Kontribusi ini adalah bagian dari tanggung jawab sosial korporasi kami untuk dunia, termasuk Indonesia. Kami berharap, dengan men-sinergikan kemampuan teknologi terdepan dari Huawei dengan kepakaran di bidang lain, seperti dunia kesehatan dan juga bidang lainnya, dunia akan segera berhasil menuntaskan persoalan COVID-19," ujar Ken. []
Redaktur: Arif Rahman
Share: