
Ilustrasi: sejumlah perusahaan yang memiliki aplikasi video tele-conferencing
Ilustrasi: sejumlah perusahaan yang memiliki aplikasi video tele-conferencing
Cyberthreat.id - Riset yang dilakukan aplikasi Blind menemukan fakta 35% profesional khawatir informasi mereka telah dikompromikan Zoom. Akibat ketakutan soal isu keamanan dan privasi ini, 12% pengguna Zoom mengatakan berhenti menggunakan platform konferensi video.
Beberapa pekan terakhir Zoom "dihajar" banyak pihak akibat isu keamanan seperti Zoombombing, isu kebocoran data pribadi, tidak adanya enkripsi end-to-end, dan banyak masalah lainnya. Kepala operasi Blind App wilayah Amerika Serikat (AS), Kyum Kim, mengatakan dari berbagai isu keamanan yang menimpa Zoom, isu Zoombombing yang paling ditakutkan.
"Ada banyak rapat Zoom dan password yang dikompromikan di banyak website. Itu artinya siapa pun bisa datang ke rapat Zoom dan menyimak apa yang Anda bicarakan," kata Kim dilansir Tech Republic, Jumat (10 April 2020).
Banyak rapat yang diserang Zoombombing merupakan rapat eksklusif dan bersifat internal. Selain urusan privasi, Zoombombing juga berkaitan dengan informasi sensitif dan berharga yang dimilki perusahaan/organisasi.
"Inilah yang paling diperhatikan orang saat ini," ujar Kim.
Ketika pandemi CoronaVirus merebak ke seluruh dunia, Zoom juga menularkan penggunaannya ke berbagai negara. Orang-orang dipaksa melakukan protokol physical distancing dan isolasi mandiri sehingga Zoom menjadi norma baru. Sepanjang Maret terjadi peningkatan 225% pada koneksi Zoom dibandingkan bulan sebelumnya, sementara penggunaan data terhadap platform itu naik sebesar 877%.
Popularitas yang cepat dan masif itulah yang membuat Zoom menjadi magnet bagi penjahat siber dan pengguna jahat. Akibat kekhawatiran ini, lembaga pemerintah dan institusi pendidikan termasuk Senat AS, pemerintah Taiwan, Angkatan Bersenjata Australia, NASA, dan Departemen Pendidikan Kota New York melarang Zoom. Tak cukup sampai di situ, raksasa teknologi seperti Google, SpaceX, dan Smart Communications juga telah melarang penggunaan Zoom.
Aroma Persaingan
Blind App yang mensurvei lebih dari 4.000 responden termasuk diantaranya menentukan apakah masalah keamanan Zoom telah mempengaruhi penggunaan platform. Selanjutnya apakah koporasi besar khawatir terkait informasi yang dikompromikan.
10 perusahaan berikut ini memiliki data (dalam persen) sebagian besar responden yang dilaporkan berhenti menggunakan Zoom karena isu keamanan:
1. Tesla (100%)
2. Salesforce (37%)
3. Cisco (30%)
4. Adobe (22%)
5. Apple (21%)
6. Microsoft (20%)
7. Google (18%)
8. Intel (17%)
9. Expedia (15%)
10. LinkedIn (12%)
10 perusahaan berikut ini memiliki data (dalam persen) sebagian besar responden yang mengatakan khawatir informasi mereka telah dikompromikan Zoom:
1. Cisco (71%)
2. Apple (55%)
3. Microsoft (51%)
4. Google (47%)
5. LinkedIn (42%)
6. Square (41%)
7. Tesla (39%)
8. SAP (38%)
9. Intel (36%)
10. Amazon (34%)
"Ada satu fakta yang kami temukan sangat menarik adalah banyak perusahaan yang mengatakan "Iya" mengenai informasi yang dikompromikan (atau isu keamanan) ini sebenarnya adalah pesaing Zoom," kata Kim.
"Google memiliki Hangouts, Cisco memiliki Webex, dan Microsoft memiliki Teams. Karyawan yang bekerja untuk pesaing Zoom lebih khawatir tentang masalah keamanan mungkin karena mereka tahu cara kerja konferensi video," tambah Kim.
Masalah keamanan Zoom benar-benar merugikan perusahaan tersebut, tetapi Kim mengatakan platform Zoom tidak akan hancur karena bergerak cepat menangani isu keamanan. Termasuk upaya Zoom menggandeng eks kepala keamanan Facebook, Alex Stamos.
"Ini akan memicu persaingan yang sehat," kata Kim.
"Tren penggunaan aplikasi konferensi video dengan Covid-19 akan segera berakhir, tetapi selama beberapa bulan ke depan pasar konferensi video akan terus tumbuh."
Share: