
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - Pakar IT dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menilai Telegram Rahasia (TR) Kapolri Jenderal Idham Aziz kepada jajarannya terkait imbauan ke masyarakat untuk melawan hoax dan disinformasi perlu mendapat dukungan penuh semua pihak.
Di dalam TR bernomor ST/1100/IV/HUK.7.1./2020, disebutkan pada poin satu tentang "ketahanan akses data internet selama wabah Covid-19" dan "penyebaran hoax terkait Covid-19" serta langkah antisipasi pemerintah dalam penanganannya.
Di poin kedua disebutkan arahan Kapolri kepada jajarannya untuk berkoordinasi dengan penyelenggara jasa internet (PJI), melakukan patroli siber, hingga menyatakan perang terhadap setiap aksi cybercrime. Meskipun terdapat kontroversi mengenai "penghinaan terhadap presiden dan pejabat negara" di dalam TR tersebut, Alfons mengatakan fokusnya adalah melawan hoax yang berpotensi menimbulkan konflik dan memecah belah.
"Saya sepakat melawan hoax ini dan kalau bicara ketahanan internet saat wabah Covid-19, ya melawan hoax ini. Dan kemungkinan kita berhadapan dengan pihak-pihak yang menyalahgunakan isu seputar Covid-19 untuk kepentingan lain seperti menimbulkan kekacauan, agenda politik tertentu atau lainnya," kata Alfons kepada Cyberthreat.id, Senin (6 April 2020).
Pemerintah, menurut Alfons, belajar dari kasus dan pengalaman dari berbagai negara melawan isu-isu Covid-19. Kondisi setiap negara berbeda karena penanganan di Indonesia tidak bisa disamakan dengan Singapura atau Korsel, tetapi lebih mirip India atau Filipina. Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut gelombang informasi seputar Covid-19 sebagai Infodemic yang jauh lebih berbahaya jika tidak dikontrol. Infodemic menyebar lebih cepat daripada Pandemic.
Sejauh ini, Vaksincom menemukan fakta serangan hoax Covid-19 telah mengalahkan serangan Malware dari segi jumlah. Cara penyebaran hoax juga melebihi penyebaran Malware. Jika serangan Malware sifatnya Operating System (OS) Dependent dan Hardware Dependent sepenuhnya. Sebaliknya hoax sifatnya lebih ke OS Independent dan Hardware Independent.
"Malware itu kalau di Windows dia menyerang antar Windows saja. Kalau Malware di Android dia cuma menyerang antar Android saja. Nah, kalau hoax itu asalnya bisa dari android lalu disebar ke windows, lalu windows sebar ke iPhone dan seterusnya," kata dia.
"Sebenarnya yang lebih berbahaya itu adalah kekacauan yang ditimbulkan gara-gara hoax. Ketika orang butuh informasi, tapi malah yang keluar disinformasi. Isu memecah belah bangsa dan konflik. Ini yang lebih besar dampaknya."
Analis intelejen dan keamanan Universitas Indonesia (UI) Stanislaus Riyanta sepakat dengan menyatakan antisipasi melawan hoax dan disinformasi sangat tepat karena Indonesia sudah berada dalam situasi darurat akibat Covid-19.
"Situasi darurat menyebabkan celah kerawanan semakin melebar sehingga potensi gangguan keamanan semakin tinggi. TR tersebut adalah salah satu upaya menutup agar celah kerawanan tersebut semakin kecil," kata Stanislaus.
Prioritas utama bagi semua pihak dalam melawan Covid-19 adalah keselamatan masyarakat. Jika terdapat pihak-pihak yang mengganggu harus ditindak tegas. Terutama gangguan dari hoax dan disinformasi.
"Dalam situasi darurat sudah tepat Polri tegas dan tidak tebang pilih. Keselamatan masyarakat adalah prioritas utama, yang mengganggu prioritas tersebut harus ditindak tegas."
Sementara itu, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang juga terkait dengan isi telegram belum bisa memberikan komentar seperti "ketahanan akses data internet selama wabah Covid-19", koordinasi polisi dengan PJI di daerah masing-masing, hingga patroli siber dan kampanye perang terhadap cybercrime.
Cyberthreat.id mencoba menghubungi Kabid Keamanan Siber APJII Eddy Santosa yang mengatakan pihaknya masih berkoordinasi. Sebelumnya, Cyberthreat.id menghubungi Ketua APJII Jamalul Izza dan Kabid Data Center dan IIX, Benyamin Naibaho, namun tidak mendapat tanggapan.
"Saya akan berkoordinasi dulu dengan ketua kami terkait hal ini. Karena ini harus satu pintu dan tidak bisa jawab terpisah-pisah," kata Eddy Santosa.
Share: