
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Aplikasi Social Bluebook mengalami serangan siber yang mengakibatkan basis data ratusan pemengaruh (influencer) media sosial miliknya terekspose ke publik.
Social Bluebook, perusahaan berkantor di Los Angeles, AS, adalah platform yang menghubungkan antara pengiklan dan dan pemengaruh medsos. Platform ini memungkinkan pengiklan membayar pemengaruh medsos untuk mengunggah produk dan layanan mereka.
Perusahaan mengklaim memiliki sekitar 300.000 pemengaruh di basis datanya. Namun, pada Oktober 2019, basis data perusahaan terkena serangan siber dan telah dicuri. "Kami baru menyadari pelanggaran data yang terjadi pada Oktober 2019," kata Co-founder Social Bluebook Sam Michie kepada TechCrunch via email, Kamis (27 Maret 2020).
TechCrunch mengklaim telah memperoleh basis data yang berisi sekitar 217.000 akun pengguna, dengan perincian: nama pemengaruh, alamat email, dan kata sandi yang di-hash menggunakan algoritma hashing SHA-2 yang kuat.
"Tidak diketahui bagaimana basis data itu dikeluarkan dari sistem perusahaan atau siapa yang berada di balik pelanggaran tersebut,” tulis TechCrunch.
“Kami menghubungi beberapa pengguna yang datanya terekspose, mereka mengonfirmasi kebenarannya. Kami juga memberikan sebagian data kepada co-founder Social Bluebook Sam Michie untuk verifikasi,” TechCrunch menambahkan.
Menurut Sam Michie, pengguna yang terpengaruh akan diberitahu tentang pelanggaran data itu melalui email. Perusahaan juga telah melaporkan kejadian itu ke Kejaksaan Agung California sesuai hukum negara bagian.
Pemengaruh medsos termasuk target utama para penjahat siber. Peretas (hacker) biasanya mencoba untuk membajak akun-akun medsos mereka. Beberapa influencer bahkan mengandalkan peretas topi putih untuk mendapatkan kembali akun mereka yang dibajak.
Kebocoran basis data para influencer ini sebelumnya juga pernah terjadi di India. Dalam laporan pada 21 Mei 2019, TechCrunch menuliskan, “basis data besar yang berisi informasi kontak dari jutaan influencer Instagram, selebritas, dan akun merek terekspose di internet,” tulisnya. Basis data yang disimpan di Amazon Web Services itu dibiarkan terbuka tanpa kata sandi.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: