
Facebook | Foto: Cyberthreat/Faisal Hafis (M)
Facebook | Foto: Cyberthreat/Faisal Hafis (M)
Sydney, Cyberthreat.id – Australian Information Commisioner (AIC) menggungat Facebook Inc terkait dugaan raksasa media sosial itu berbagi rincian pribadi 311.127 pengguna tanpa izin kepada konsultan politik Cambridge Analytica.
Dalam gugatan Pengadilan Federal, AIC menuding Facebook melanggar undang-undang privasi dengan mengungkapkan informasi pengguna untuk profil politik melalui kuis daring “This Is Your Digital Life” di situs webnya.
"Desain platform Facebook membuat pengguna tidak dapat melakukan pilihan dan kontrol yang masuk akal tentang bagaimana informasi pribadi mereka diungkapkan," kata Komisaris AIC Angelene Falk dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Senin (9 Maret 2020).
Gugatan tersebut meminta Facebook untuk membayar ganti rugi yang masih belum ditentukan. Namun, setiap pelanggaran hukum privasi dapat didenda maksimal A$ 1,7 juta (Rp 16 miliar). Jika diberikan kepada semua korban, denda maksimal tersebut berjumlah A$ 529 miliar (sekitar Rp 5.006 triliun).
Seorang juru bicara Facebook mengatakan perusahaan telah terlibat aktif dan bekerja sama dengan kantor AIC selama dua tahun terakhir dalam penyelidikan.
"Kami telah membuat perubahan besar pada platform kami, dengan berkonsultasi dengan regulator internasional, untuk membatasi informasi yang tersedia untuk pengembang aplikasi, menerapkan protokol tata kelola baru dan membangun kontrol industri terkemuka untuk membantu orang melindungi dan mengelola data mereka," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Kami tidak dapat berkomentar lebih lanjut karena ini sekarang masih di depan Pengadilan Federal."
Pada Juli lalu, Facebook didenda US$ 5 miliar oleh Komisi Perdagangan Federal AS setelah penyelidikan yang dipicu oleh kuis yang sama antara 2014-2015.
Secara keseluruhan, Facebook dituduh tidak tepat membagikan informasi milik 87 juta pengguna secara global dengan alat survei Cambridge Analytica. Klien konsultasi mereka termasuk kampanye pemilihan umum Presiden AS Donald Trump pada 2016.
Dalam bulan-bulan setelah pemilihan Trump, Cambridge Analytica mendaftarkan bisnis di Australia, tetapi tidak pernah bekerja untuk partai politik Australia.
Dalam gugatan Australia, AIC mengatakan Facebook tidak mengetahui sifat pasti dari data yang dibagikan melalui kuis “This Is Your Digital Life” . Perusahaan juga dinilai gagal mengambil langkah-langkah yang wajar untuk melindungi informasi pribadi pengguna.
"Akibatnya, informasi pribadi individu Australia yang terkena dampak berisiko pengungkapan, monetisasi, dan digunakan untuk tujuan pembuatan profil politik," kata AIC.
"Pelanggaran ini merupakan gangguan serius dan/atau berulang dengan privasi individu yang terkena dampak di Australia," AIC menambahkan.[]
Share: