IND | ENG
Ajari Anak-anak Coding untuk Kreatif

Plt Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud Prof Nizam | Foto: Arsip pribadi

PLT DIRJEN DIKTI KEMENDIKBUD - PROF NIZAM
Ajari Anak-anak Coding untuk Kreatif
Oktarina Paramitha Sandy, Tenri Gobel Diposting : Jumat, 06 Maret 2020 - 11:01 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id – Di era revolusi industri 4.0, anak-anak saat ini harus dibekali kompetensi di bidang teknologi. Materi pendidikan teknologi seperti bahasa coding sangat dibutuhkan oleh para siswa dan hal ini bisa saja disisipkan dengan mata pelajaran yang sudah ada.

“Sebenarnya tidak harus kita menciptakan tambahan mata pelajaran. Tanpa menambahkan mata pelajaran pun kompetensi tersebut bisa dilakukan, misalnya pelajaran matematika kan bisa bagaimana menggunakan coding untuk menyelesaikan naskah matematika,” ujar Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Prof Nizam di Jakarta, Rabu (4 Maret 2020).

Selain itu, kata dia, siswa juga bisa memanfaatkan platform di luar sekolah untuk mendapatkan tambahan ilmu dan pengetahuan. Kini banyak platform daring (online) yang mewadahi dan memfasilitasi anak-anak untuk belajar coding.

Menurut Nizam, pola pikir belajar siswa harus diubah, guru bukanlah sumber utama belajar. Guru sebatas mendampingi anak-anak menemukan pengetahuan yang benar dan tidak tersesat.

Berikut petikan wawancara wartawan Cyberthreat.id Tenri Gobel dan Oktarina Paramitha Sandy di Jakarta:

Bagaimana Anda melihat talenta digital di Indonesia?

Kami dorong sekali. Talenta digital mulai kami didik anak-anak dari SMP, SMA/SMK sampai perguruan tinggi. Kami juga ada program-program digital talent bersama dengan Telkom, Kementerian Kominfo, dan mitra-mitra kami dengan Microsoft, Cisco, Google dan sebagainya. Kami banyak melakukan itu. Tujuan kami untuk mengembangkan full of talents.

Menumbuhkan talenta digital, perlukah kurikulum khusus di sekolah, pendidikan coding, misalnya?

Coding kami dorong di sekolah-sekolah. Sebenarnya tidak harus menciptakan tambahan mata pelajaran. Tanpa menambahkannya, bisa dilakukan, misalnya, pelajaran matematika kan bisa bagaimana menggunakan coding untuk menyelesaikan naskah matematika. kami mendorong sekolah untuk memberikan kompetensi coding itu secara kreatif. 

(Menurut Nizam, metode yang pas untuk menanamkan pendidikan teknologi adalah dengan dikolaborasikan dengan mata pelajaran lain. Atau, ia mengisitilahkan dengan kurikulum embedded).


Berita Terkait:


Kapan kira-kira itu bisa diterapkan?

Sekarang sudah banyak yang melakukannya. Minimal saya saat ini sebagai dekan fakultas teknik ya, kami banyak melatih guru-guru SMK, guru-guru SMA, anak-anak sekolah, bagaimana mengenalkan industri 4.0 ke kelas-kelas, ke sekolah-sekolah, anak-anak belajar coding sambil main, buat game, buat barang-barang yang mereka desain sendiri. Itu sudah berjalan.

Itu di sekolah-sekolah negeri? Sudah ada fasilitasnya ya?

Sebetulnya fasilitas bukan yang nomor satu. Jadi, bisa juga sharing. Sekarang kan komputer ada di semua sekolah. Nah, itu harusnya dimanfaatkan tadi, untuk pembelajaran coding, pembelajaran-pembelajaran yang memanfaatkan teknologi. Jadi, ini harus kita dorong memanfaatkan teknologi.

Tapi, jangan menjadikan teknologi jadi satu-satunya seolah-olah enggak ada teknologi anak-anak enggak bisa pandai. Karena coding itu pada dasarnya pembelajaran tentang logika, computational thinking. Logika bisa diajarkan di mana pun. Kalau logika anak-anak itu kuat, coding itu hal yang tidak sulit.

Kalau anak-anak menguasai konsep matematika, dia tidak akan sulit membuat algoritma, misalnya, buat program komputer. Jadi, ini harus disadari oleh guru-guru: jangan sampai nanti kita enggak punya komputer, kok akan mengajar anak-anak tentang coding. Ini soal logika tadi.

Sekarang hampir semua anak punya handphone, bisa juga menggunakan aplikasi untuk coding. Banyak sekali aplikasi yang bisa melatih dan mengembangkan kemampuan anak-anak untuk coding.

Dari segi guru, bagaimana Anda melihat kompetensi mereka?

Sebetulnya zaman sekarang itu anak-anak kan bisa belajar dari sumber apa pun. Ada YouTube, ada akademi, yang semuanya tidak berbayar atau gratis. Anak-anak belajar jauh lebih banyak dari sumber-sumber seperti itu. Jadi, jangan kita terpaku pendekatan konvensional: karena gurunya enggak ada, anak-anak tidak belajar. Enggak.

Guru itu harus menjadi teman bagi anak-anak untuk berselancar di ilmu pengetahuan baik yang virtual maupun yang nyata. Anak-anak, misalnya, menjelajah alam, itu juga belajarcoding. Bagaimana memetakan alam ini kan coding. Bagaimana memetakan perjalananannya, menggambarkan perjalanannya ke dalam peta, menggunakan Google Maps, dan sebagainya.

Itu adalah bagian dari pembelajaran untuk melek teknologi. Jangan kemudian karena tidak ada guru yang lulusan jurusan informatika, seolah-olah anak-anak tidak bisa belajar informatika, enggak. Kita harus memanfaatkan semua sumber belajar secara optimal, secara baik. Kita inspirasi guru-guru untuk menjadi inspirasi bagi anak-anak. Itu yang menurut saya pesan yang harus kita gelorakan ya.

Jadi, guru juga enggak merasa: ‘aduh aku enggak pernah belajar TIK, gimana ngajar anak-anak TIK?’. Mindset-nya jangan kemudian sumber belajarnya seolah hanya bersumber dari guru. Guru itu hanya mendampingi anak-anak menemukan pengetahuan yang benar, tidak tersesat di media-media yang tidak baik, ya. Guru, istilahnya sekarang, itu co-creation, jadi bersama-sama menciptakan, membangun pengetahuan, menemukan sesuatu.

Bagaimana harusnya guru mengajarkan teknologi pada anak?

Makanya guru juga harus menjadi pembelajar sejati. Dia harus siap belajar di setiap saat dan dia tidak harus merasa sebagai yang paling tahu. Dia tidak perlu menjadi yang harus paling tahu, tidak. Dia bersama-sama dengan anak-anaknya belajar. Dia tugasnya punya lebih banyak pengalaman, anak-anak pasti kalah kalau dari segi pengalaman, yah. Pengalaman itulah wisdom-nya, itulah yang harusnya menjadi peran utama guru.[]

Redaktur: Andi Nugroho

#coding   #dataanalytics   #bahasacoding   #pemrograman   #pendidikancoding   #sekolahcoding   #bahasacoding   #profnizam

Share:




BACA JUGA
AlphaCode, Mesin AI Milik DeepMind yang Jago Coding
Peneliti Temukan Nimzaloader, Malware yang Ditulis dalam Bahasa Coding Nim
Secure Coding: Hal Mendasar yang Tak Boleh Diabaikan Saat Buat Aplikasi
BSSN Sarankan Para Pengembang Startup Terapkan Secure Coding
Transformasi Digital dan Harapan Talenta Digital yang Pancasilais, Seperti Apa?