
Ilustrasi misinformasi di Twitter | Freepik
Ilustrasi misinformasi di Twitter | Freepik
Cyberthreat.id - Twitter sedang menguji coba fitur baru yang melabeli berita menyesatkan, berita palsu dan cuitan menyesatkan lainnya di platform mereka dengan label peringatan berwarna oranye.
Menurut laporan NBC News, dalam fitur twitter tersebut, disinformasi atau informasi yang menyesatkan oleh tokoh publik akan diperbaiki langsung di bawah tweet-nya oleh pemeriksa fakta dan jurnalis yang diverifikasi oleh pengguna lain yang akan berpartisipasi dalam melawan disinformasi.
"Kami sedang mengeksplorasi sejumlah cara untuk mengatasi informasi yang salah dan memberikan lebih banyak konteks tweet di Twitter. Informasi yang salah adalah masalah kritis dan kami akan menguji berbagai cara untuk mengatasinya," kata seorang juru bicara Twitter seperti dikutip NBC News, Jumat (21 Februari 2020).
Fitur itu akan melabeli tweet atau cuitan yang dianggap 'sangat menyesatkan' dengan berwarna oranye dalam ukuran yang hampir sama dengan tweet itu sendiri tepat di bawah tweet yang berisi informasi yang salah.
Jika terdeteksi sebagai informasi palsu, akan muncul lencana peringatan berbunyi, "Laporan Komunitas Twitter telah mengidentifikasi tweet ini sebagai melanggar Kebijakan Komunitas tentang Informasi Menyesatkan yang Berbahaya. Visibilitas tweet ini akan berkurang."
Sebelumnya, Facebook dan Instagram telah lebih dulu menerapkan fitur untuk memerangi kabar berita hoaks di platformnya masing-masing.
Dalam situs resi Instagram menjelaskan telah bekerja sama dengan 45 pemeriksa fakta pihak ketiga di seluruh dunia yang tersertifikasi melalui Jaringan Pemeriksaan Fakta Internasional untuk membantu mengidentifikasi, meninjau dan melabeli informasi palsu.
Jika terdapat konten yang teridentifikasi sebagai berita hoaks, Instagram akan melabeli dan memburamkan konten itu dengan tulisan 'False Information'. Setelah itu, Instagram akan mempersulit pencarian informasi itu dengan memfilternya dari pencarian dan tagar di platformnya.
Mengingat hoaks dan disinformasi memiliki kapasitas memanipulasi pikiran dan informasi untuk mempengaruhi kita semua. Mengecek berita yang beredar dan tidak membagikan berita yang bohong merupakan salah satu peran pengguna dalam memerangi hoaks. []
Editor: Yuswardi A. Suud
Share: