
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - Volgenau School of Engineering di George Mason University, Virginia, Amerika Serikat (AS) mengumumkan pembukaan Departemen Teknik Cybersecurity. Pembentukan departemen yang fokus terkait edukasi dan akademisi cyber ini diklaim sebagai yang pertama di AS.
Didirikan pada tahun 1985, Volgenau School of Engineering adalah sekolah teknik pertama di AS yang memfokuskan beasiswa terutama pada rekayasa berbasis IT. Volgenau School of Engineering juga sekolah pertama yang menawarkan gelar doktoral di bidang IT dan satu-satunya sekolah teknik di Commonwealth of Virginia.
"Pembentukan Departemen Teknik Cybersecurity ini tepat waktu karena merupakan respons langsung bagi jenis pekerja tertentu untuk memenuhi tuntutan cybersecurity yang terus meningkat di negara ini," kata Wakil Presiden Eksekutif universitas David Wu dilansir Secure Magazine, Jumat (21 Februari 2020).
Departemen baru ini secara resmi beroperasi 1 Maret 2020 serta bakal menjadi rumah bagi 500 mahasiswa yang sedang menempuh gelar sarjana sains dalam teknik cybersecurity. Departemen dipimpin oleh Duminda Wijesekera sebagai direktur sementara sekaligus seorang profesor ilmu komputer di Volgenau School of Engineering.
"Ini adalah waktu yang menyenangkan dalam sejarah Mason karena kami melatih dan mempersiapkan tenaga kerja abad ke-21 yang akan berdampak pada populasi dunia," kata Ken Ball, dekan Fakultas Teknik Volgenau.
"Ada kekurangan tenaga (cybersecurity) secara nasional dan kita perlu menangani serta meningkatnya jumlah ancaman dan keamanan di dunia maya."
Data dari Celah Ketenagakerjaan Cybersecurity yang diterbitkan oleh Center of Strategic and International Studies (CSIS) melaporkan bahwa pada tahun 2022, kekurangan tenaga kerja cybersecurity global diproyeksikan mencapai lebih dari 1,8 juta posisi yang tidak terisi.
Lebih lanjut, "kekurangan tenaga kerja itu terdapat untuk hampir setiap posisi di bidang cybersecurity, tetapi kebutuhan paling akut adalah untuk staf teknis yang sangat terampil.” Laporan lain ada yang menyebutkan angka kekurangan itu di atas 3 juta.
Kurikulum yang disusun adalah memajukan dan mengembangkan keamanan perangkat keras dan lunak (hardware dan software) di bidang-bidang seperti kesehatan, keuangan, jaringan seluler 5G, supply chain, logistik, infrastruktur, kendaraan otonom, smart city dan internet.
"Lulusan dari departemen ini akan memiliki keahlian luas di semua bidang cybersecurity. Kami mendorong mahasiswa untuk mendaftar dan akan menjadi salah satu tujuan rekrutmen terbaik bagi para pengusaha yang mencari profesional di bidang cybersecurity," ujar Ball.
Share: