
Pernyataan Twitter terkait larangan file animasi PNG. | Foto: Tangkapan layar dari akun Twitter Accessibility (@TwitterA11y)
Pernyataan Twitter terkait larangan file animasi PNG. | Foto: Tangkapan layar dari akun Twitter Accessibility (@TwitterA11y)
Cyberthreat.id – Twitter Inc, pengembang layanan jejaring sosial dan mikroblogging asal AS, akan memblokir file-file animasi PNG yang diunggah pengguna.
Format tersebut dinilai tidak menghormati pengaturan putar otomatis. Selain itu, menimbulkan ancaman bagi keselamatan “orang-orang yang sensitif terhadap gerakan dan gambar yang berkedip, termasuk orang denga epilepsi.”
Perusahaan membenarkan bahwa adanya cacat pada platform (bug) memungkinkan pengguna untuk mengunggah file animasi PNG.
“File animasi PNG mengabaikan perlindungan kami dan dapat menyebabkan masalah pada kinerja aplikasi dan perangkat Anda,” kata Twitter sepreti dikutip dari ZDNet, Selasa (24 Desember 2019).
Twitter menyatakan telah memperbaiki bug tersebut sehingga tidak lagi pengguna bisa mengunggah file animasi PNG.
File-file animasi PNG yang sudah diunggah di platform akan tetap ada. Twitter hanya akan mencegah pengunggahan yang baru.
Keputusan yang dilakukan Twitter tersebut muncul segera setelah Yayasan Epilepsi mengumumkan telah mengajukan pengaduan pidana dengan penegak hukum AS. Ini lantaran adanya “serangan yang menggunakan tagar untuk memasang lampu berkedip-kedip yang diduga memicu kejang pada penderita epilepsi.”
Menurut yayasan, “serangan” itu bertepatan dengan Bulan Kesadaran Epilepsi Nasional, yaitu ketika orang dengan epilepsi mengikuti umpan-umpan (feeds) di Twitter.
"Serangan-serangan itu tidak berbeda dengan seseorang yang membawa lampu sorot ke dalam konvensi orang-orang dengan epilepsi dan kejang, dengan maksud mendorong kejang dan dengan demikian menyebabkan kerusakan yang signifikan bagi para peserta," kata Allison Nichol, Esq. selaku Direktur Advokasi Hukum untuk Yayasan Epilepsi.
Yayasan mengatakan, orang-orang dengan epilepsi mungkin tidak sadar bahwa mereka sensitif terhadap lampu-lampu yang menyala sampai mereka mengalami kejang.
Diperkirakan sekitar tiga persen dari orang-orang dengan epilepsi rentan terhadap kejang-kejang ketika terpapar lampu-lampu yang berkedip pada intensitas tertentu.
Jacqueline French selaku Kepala Petugas Medis Dan Inovasi dari Yayasan Epilepsi dan Profesor Neurologi di Pusat Epilepsi Komprehensif NYU Langone Health, mengatakan populasi orang dengan epilepsi fotosensitif kecil, tetapi dampaknya pada mereka bisa "cukup serius".
"Banyak yang bahkan tidak menyadari bahwa mereka memiliki sensitivitas terhadap foto sampai mereka mengalami kejang," kata French.
Share: