IND | ENG
AMP: Media Sosial Masih Jadi Kerawanan Nasional

Sekjen AMP Rajid Pattiran (tengah) saat konferensi pers Festival Budaya 2019 di Gedung Djoeang, Jakarta, Sabtu (14 Desember 2019) | Foto: AMP

AMP: Media Sosial Masih Jadi Kerawanan Nasional
Arif Rahman Diposting : Sabtu, 14 Desember 2019 - 20:49 WIB

Cyberthreat.id - Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menilai media sosial masih menjadi salah satu kerawanan nasional. Sekjen AMP Rajid Pattiran mengatakan, arus informasi di era globalisasi dan konektivitas telah terbukti menjadi salah satu pemicu konflik dan kerusuhan di Tanah Air.

AMP, kata dia, sekaligus ingin menyampaikan kampanye persatuan dan kesatuan bangsa di tengah HUT Melanesia Barat yang jatuh setiap tanggal 14 Desember.

"Informasi di media sosial jika tidak dikelola dengan baik bisa menjadi pemicu konflik," kata Rajid usai Festival Budaya di Gedung Djoeang, Jakarta, Sabtu (14 Desember 2019).

Salah satu bukti media sosial pemicu konflik dapat dilihat di kasus kerusuhan di Wamena dan sejumlah wilayah di Papua beberapa waktu lalu. Kerusuhan dan konflik sempat membuat Pemerintah melakukan pembatasan internet di beberapa wilayah Papua seperti Manokwari, Jayapura, Sorong, dan Fakfak yang berlangsung pada 21 Agustus 2019.

Tujuan pemerintah jelas untuk menjaga situasi kondusif dan melindungi masyarakat agar tidak terpancing oleh hoaks, hasutan dan provokasi yang disebar masif di media sosial. Hoaks lain yang juga sempat memanaskan situasi adalah mahasiswa Papua di Surabaya tewas dipukuli Polisi dan Anggota TNI serta TNI yang akan melakukan operasi militer di Papua.

"Kami memang berencana akan mengimbau di Medsos agar menyampaikan informasi yang tidak merusak dan nada-nada positif. Sifatnya membangun. Jangan lagi sifatnya menghasut, provokasi, dan informasi yang disampaikan mudah dicerna masyarakat," ujarnya.

Rajid mengingatkan, yang paling berbahaya dari hoaks yang bertujuan memicu konflik adalah mereka datang dalam jumlah banyak dan menyerang pikiran manusia. Akibatnya, situasi yang memanas di dunia Maya bisa dengan mudah disulut menjadi api membara di dunia nyata.

Perwakilan Organisasi Kepemudaan dan Kedaerahan (OKK) Maluku Utara, Rahmat Syarif, mengatakan media sosial adalah saluran informasi utama masyarakat di era digital. Jumlah informasi di media sosial jauh lebih banyak dan masif ketimbang media konvensional seperti televisi dan radio.

Masyarakat sekarang, kata dia, tidak bisa hidup tanpa media sosial yang sudah menjadi kebutuhan primer, layaknya kebutuhan sandang-papan. Rahmat menjadi perwakilan asal Maluku di Festival Budaya 2019. 

"Jadi pesan-pesan positif harus diperbanyak mengisi media sosial kita. Kalau isinya yang jelek-jelek saja, hasutan, fitnah, konflik, tentu semua akan terpancing," ujarnya.

Sebaliknya pesan-pesan negatif juga banyak yang beredar di media sosial, baik disengaja oleh aktor di dalam maupun luar negeri. Menurut Rahmat, masyarakat Indonesia harus lebih cerdas dalam mencerna informasi.

"Yang cepat viral itu biasanya konten yang marah-marah. Itu pasti cepat viral dan diklik orang karena yang diincar psikologis orang," ujarnya.

#Mediasosial   #arusinformasi   #konektivitas   #ekonomidigital   #penggunainternet   #cyberthreat   #konflikdankerusuhan

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Dicecar Parlemen Soal Perlindungan Anak, Mark Facebook Minta Maaf
Meta Digugat, Dinilai Tak Mampu Lindungi Anak dari Predator Seksual