IND | ENG
Indonesia Kekurangan Talenta Cybersecurity

Cybersecurity security specialist, Arief Santoso, saat berbincang dengan redaksi Cyberthreat di kantornya PT. Cisco System Indonesia, Jakarta, Senin (6/05/2019) | Foto: Rahmat Herlambang

Indonesia Kekurangan Talenta Cybersecurity
Arif Rahman, Oktarina Paramitha Sandy Diposting : Senin, 06 Mei 2019 - 21:26 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id - Analis cybersecurity Cisco System Indonesia, Arief Santoso, mengatakan Indonesia sangat kekurangan talenta di bidang keamanan siber. Kondisi itu tidak bisa dibiarkan karena ancaman keamanan siber di masa depan semakin nyata dan tak bisa dihindari.

Cybersecurity ke depan, kata dia, jauh lebih rumit karena sifat ancaman maupun serangannya selalu berubah-ubah. Setiap periode terdapat pola dan jenis serangan baru termasuk perkembangan teknologi yang digunakan semakin maju. 

"Memang ini untuk membangun talent-talent yang Indonesia lagi kurang dan skill tertentu di bidang ini, sehingga diperbanyak orang-orangnya," kata Arief saat berbincang dengan Cyberthreat di Perkantoran Arkadia Siemens, Jakarta, Senin (6/05/2019).

Publik tidak perlu khawatir dengan meningkatnya ancaman keamanan siber. Menurut Arief, semua hal tentang cybersecurity bisa dipelajari mulai dari bagaimana cara kerjanya, apa yang harus dilakukan serta reaksi sebelum dan sesudah serangan melalui konsep Cyber Range.

Konsep Cyber Range 

Cyber Range sejenis workshop menjalankan simulasi dan digunakan untuk mengetahui situasi setelah dibangunnya security operation center (SOC). Indonesia, kata dia, bisa meningkatkan kualitas maupun kuantitas talenta di bidang keamanan siber melalui Cyber Range.

Cisco membangun empat jenis konsep cyber range yang bisa diterapkan di berbagai tempat. Pertama, Cisco punya program simulasi intensif lewat workshop dan pelatihan selama beberapa hari untuk merasakan bagaimana sebuah skenario serangan siber yang kompleks terjadi.

"Peserta akan mempelajari bagaimana situasi SOC lalu menyelidiki serangan oleh pihak lain," ujarnya.

Kedua, Cisco menyediakan konsep cyber range on premises jika peserta tertarik membangun sebuah SOC sendiri lalu melakukan simulasi internal. Melalui Cyber Range on premises ini, kemampuan dan kapasitas setiap orang dapat ditingkatkan setiap saat kapan saja. 

Cisco juga menyediakan lab untuk simulasi on premises sementara peserta diberi keleluasaan menggelar simulasi berkali-kali.

Ketiga, cyber range subscription yang mengajarkan peserta untuk mempelajari serta memprediksi serangan siber yang cepat sekali perubahannya. Cisco bahkan telah memiliki materi untuk menghadapi situasi tak terduga serta update terbaru jenis attack melalui Threat Intelligent TALOS. Terakhir, Cyber Range riset dan pengembangan (R&D).

"Tahap yang terakhir ini diperuntukkan peserta yang ingin mencoba sendiri melakukan simulasi analysis, prevent, detect dan mitigate terhadap berbagai jenis serangan dan teknologi. Untuk tahap ini biasanya banyak dipergunakan oleh kalangan akademisi universitas dan beberapa profesional cybersecurity."

Arief menegaskan konsep cyber range fokus membangun dan mempersiapkan sumber daya manusia di bidang cybersecurity. Yang dipelajari bukan tentang penggunaan perangkat anti-virus, teknologi, firewall dan lain-lain, tapi kotak besarnya adalah to prevent, to detect, to connect, to analize dan to mitigate.

"Komponennya bisa saja bukan dari Cisco, tapi yang dibangun oleh Cisco adalah kapabilitas."

#Cybersecurity   #Cisco

Share:




BACA JUGA
Politeknik Siber dan Sandi Negara Gandeng KOICA Selenggarakan Program Cyber Security Vocational Center
Hacker Pro Palestina Klaim Retas Data Puluhan Perusahaan Israel
Rawan Dibobol, Metrodata Alami Lonjakan Permintaan Jasa Cyber Security
BSSN Susun Peta Jalan Pembinaan Industri Keamanan Siber di Indonesia
Paket npm Berbahaya Ditemukan Eksploitasi Data Sensitif dari Pengembang