IND | ENG
5 Fakta Eritrea Negara dengan Internet Terburuk di Afrika

Eritreat | Foto: iStock

5 Fakta Eritrea Negara dengan Internet Terburuk di Afrika
Andi Nugroho Diposting : Selasa, 22 Oktober 2019 - 10:00 WIB

Cyberthreat.id – Pernah mendengar nama ini: Eritrea?

Mungkin Anda pernah mendengarnya, tapi barangkali sebagian besar orang cukup sulit membayangkan di mana letak negara tersebut.

Ya, Eritrea adalah salah satu negara di Afrika yang terletak di bagian tanduk Benua Hitam tesebut—berbatasan dengan Sudan dan Ethiopia—termasuk negara pantai karena di pinggiran Laut Merah yang memisahkan Asia dan Afrika.

Eritrea sering digambarkan sebagai salah satu negara “paling represif” di Afrika, di mana orang tidak memiliki kebebasan politik dan agama.

Sejak merdeka dari Ethiopia pada 1993, di negara yang diperintah oleh Presiden Isaias Afwerki tersebut, hanya satu partai yang berkuasa“.

Pemerintah telah melarang partai-partai oposisi dan media swasta lokal, kritik yang dipenjara (beberapa di antaranya tidak terdengar selama bertahun-tahun), dan telah mengenakan wajib militer pada orang-orang muda, demikian tulis BBC, 15 Oktober lalu.

Di era internet yang kian masif di seluruh dunia, Eritrea termasuk negara dengan akses internet terburuk. Pemerintah mengontrol ketat kehidupan masyarakat.

EriTel adalah satu-satunya penyedia layanan telekomunikasi dan milik negara. Layanan yang diberikannya pun buruk, dan tentu saja sudah pasti, dikontrol ketat oleh pemerintah.

Berdasarkan statistik Internet World, pada 2018 penetrasi internet di Eritrea paling rendah di Afrika, dengan hanya 71.000 pengguna internet (sekitar 1,3 persen dari populasi penduduk 5,3 juta jiwa). Berikut lima fakta tentang Eritrea:



Sulitnya Mencari Kartu SIM

Di negara ini, kartu SIM seperti “debu emas”. Untuk mendapatkannya, warga perlu mendaftar ke administrasi pemerintah daerah. Jika mendapatkan kartu SIM pun, seseorang tidak dapat menggunakannya untuk mengakses internet karena tidak ada data seluler.

Orang hanya dapat mengakses internet melalui wi-fi dan begitu lambat. Untuk masuk ke situs media sosial seperti Facebook dan Twitter, orang menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN) untuk menghindari sensor pemerintah.

Karena kesulitan besar dalam mendapatkan kartu SIM, orang masih mengandalkan telepon umum untuk melakukan panggilan.

Tak Ada ATM

Internet yang terbatas, tentu saja jaringan ATM juga sulit terwujud. Di sini, ATM tidak ada. Untuk menarik uang, nasabah harus antre di bank.

Di negara yang beribukota di Asmara ini, pemerintah telah memberlakukan batasan jumlah penabung uang yang dapat ditarik dari rekening bank mereka. Bahkan jika mereka memiliki jutaan nakfa, mata uang Eritrea, dalam akun rekening, mereka hanya dapat menarik 5.000 (US$ 330) sebulan.

Ada pengecualian untuk pernikahan, yang biasanya merupakan upacara besar dengan biaya lebih dari 5.000 nakfa. Jika pernikahan akan datang, tuan rumah harus pergi ke kantor administrasi pemerintah daerah untuk meminta pejabat menulis surat ke banknya.

Hanya ada satu stasiun televisi lokal

Eri-Tv milik negara adalah satu-satunya stasiun televisi yang  ada dan menjadi corong pemerintah. Namun, jika ada yang memiliki parabola, akses televisi bisa ke saluran internasional.

The Committee to Protect Journalists (CPJ) mengatakan, kebebasan pers di negara ini rendah dan digambarkan sebagai "negara yang paling disensor di dunia".

Deutsche-Welle Akademie dari Jerman mengatakan, "siaran satelit stasiun radio di pengasingan dibatasi melalui sinyal yang tersendat dan buruknya kualitas internet yang dikendalikan pemerintah."

Namun, Menteri Informasi Yemane Meskel menyangkal bahwa Eritrea disebut sebagai negara tertutup. Dia menunjukkan bahwa lebih dari 91 persen rumah di kota-kota besar dan kecil memiliki antena parabola dan menerima lebih dari 650 saluran TV internasional.


Pemandangan Kota Asmara, ibu kota negara Eritrea. Sumber: honeymoonadventurers.com


Negara produsen bir

Didirikan pada 1939 oleh insinyur Italia Luigi Melottia, Asmara Brewer adalah satu-satunya tempat pembuatan bir di negara ini. Tempat pembuatan bir mengalami peningkatan beberapa bulan yang lalu.

Melottia datang untuk membangun jalan dan infrastruktur lainnya di bekas jajahan Italia. Ia pun melihat celah di pasar untuk tempat pembuatan bir dan mengambil kesempatan itu.

Ibu Kota Rasa Italia

Sebagai jajahan Italia, saat itu diktator fasis Italia Benito Mussolini ingin Asmara menjadi "Piccola Roma" (Roma Kecil) di Afrika. Mussolini merencanakan “Kekaisaran Romawi” baru pada 1930-an. Jalan-jalan kota yang rimbun dan bangunan-bangunan modern merupakan pengingat masa lalu kolonial Italia-nya.

UNESCO, badan kebudayaan PBB, telah mendaftarkan Asmara sebagai Situs Warisan Dunia dan menggambarkannya sebagai "contoh luar biasa dari urbanisme modernis awal pada awal abad ke-20 dan penerapannya dalam konteks Afrika".

Terlepas dari masalah politik dan ekonomi Eritrea, Asmara adalah kota yang menawan dan patut dikunjungi. Namun, Anda siap-siap untuk jaringan internet.

#eritrea   #afrika   #internet   #mediasosial   #internetworld

Share:




BACA JUGA
Survei APJII, Pengguna Internet Indonesia 2024 Mencapai 221,5 Juta Jiwa
Dicecar Parlemen Soal Perlindungan Anak, Mark Facebook Minta Maaf
Tingkatkan Kecepatan Internet, Menkominfo Dorong Ekosistem Hadirkan Solusi Konkret
Tingkatkan Kualitas Layanan Telekomunikasi, Kominfo Siapkan Insentif dalam Lelang Low Band
Layanan BTS 4G Daerah 3T Fasilitasi PBM dan Kegiatan Masyarakat