
Huawei | Foto: The Verge
Huawei | Foto: The Verge
New Delhi, Cyberthreat.id – Huawei Technologies siap mengadakan perjanjian "no backdoor” (tidak ada pintu belakang) dengan India untuk menghindari masalah keamanan. Ini seiring India akan meluncurkan jaringan 5G (jaringan seluler generasi kelima).
India, pasar nirkabel terbesar kedua di dunia oleh pengguna, akan melakukan lelang layanan 5G sebelum Maret 2020, menurut Menteri Telekomunikasi India Ravi Shankar Prasad, seperti dikutip dari Reuters, Senin (14 Oktober 2019). Sejauh ini, India dan Huawei belum ada ancang-ancang untuk melakukan uji coba.
“Sejak awal, saya memiliki keyakinan bahwa industri India, pasar India akan menyambut Huawei. Saya siap menandatangani (perjanjian tanpa pintu belakang)," kata Jay Chen, CEO Huawei India.
Perusahaan telekomunikasi India, Bharti Airtel dan Vodafone Idea telah menggunakan Huawei, termasuk memakai peralatan dari pesaingnya Eropa: Nokia dan Ericsson, untuk membangun jaringan 2G, 3G, dan 4G. India menggunakan ketiganya karena untuk mempertahankan persaingan, harga, dan kualitas layanan.
"Jika pemerintah (India) menginginkannya, kami terbuka untuk memiliki kode sumber di akun Escrow (suatu perjanjian legal uang/barang/saham untuk disimpan pihak ketiga hingga menunggu isi kontrak dipenuhi, red)," kata Chen, seraya menambahkan bahwa perusahaan juga bersedia untuk memproduksi lebih banyak peralatan telekounikasinya secara lokal.
Menurut Reuters, China telah meminta India untuk tidak menghalangi Huawei melakukan bisnis di negara itu. Jika India menghalangi akan ada konsekuensi bagi perusahaan India yang beroperasi di China.
Presiden Cina Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu pekan lalu di sebuah kota pantai India dalam upaya untuk menyelesaikan sengketa perbatasan, sektor perdagangan, dan meredakan kekhawatiran tentang hubungan militer China yang erat dengan saingan berat India, Pakistan.
"India tidak bisa menunggu lebih lama untuk 5G," kata Chen, menyoroti pentingnya partisipasi Huawei dalam peluncuran 5G negara.
"Saya selalu menyarankan untuk maju untuk uji coba 5G, maju dengan lelang 5G," Chen menambahkan. Sejauh ini, pemerintah India belum memberikan komentar terkait hal itu.
Awal Oktober lalu, Menteri Perdagangan Amerika Serikat Wilbur Ross melontarkan komentar agar India tak memakai perangkat 5G Huawei. Menurut dia, China bisa menggunakan “backdoor” pada perangkat guna mengawasi komunikasi sensitif.
“Siapa pun yang berpikir bahwa kami melakukan ini untuk proteksionisme [mereka] tidak tahu faktanya. Kami berharap mitra geopolitik kami, India, jangan sengaja menghadapi risiko keamanan yang tidak diinginkan,” kata dia di New Delhi, 4 Oktober lalu seperti dikutip dari Financial Times.
Sunil Bharti Mittal, Bos Bharti Enterprises, salah satu penyedia layanan telekomunikasi terbesar di India yang menggunakan peralatan Huawei, mengkritik komentar Ross.
"Nasihat dari AS itu ambil baiknya sesuai sudut pandang kami," kata Mittal. "Tetapi orang-orang India harus memutuskan sendiri, mengingat hubungan mereka dengan China dan konteks yang lebih luas."
Vodafone, salah satu grup telekomunikasi terbesar di India, juga menggunakan peralatan Huawei di jaringannya.
Huawei melihat India sebagai pasar pertumbuhan yang penting, meskipun menyumbang sebagian kecil dari pendapatan perusahaan.
"Satu-satunya pasar besar yang tersisa untuk Huawei adalah India, jadi itu sangat penting bagi mereka," kata Neil Shah, seorang analis di Counterpoint Research.
"Huawei memiliki teknologi yang unggul dan biayanya rendah Meski AS menekan, akan sulit bagi operator India yang menggunakan Huawei untuk beralih ke lainnya."
Shah menambahkan bahwa larangan terhadap Huawei dapat menyebabkan tindakan pembalasan oleh Beijing. “India sangat bergantung pada impor China. Itu akan menjadi posisi yang sangat berbahaya," kata dia.
Share: