
Pakar Jaringan 5G dari Huawei Asia-Pasifik, Moh Johan. | Foto: Cyberthreat.id/Oktarina Paramitha Sandy
Pakar Jaringan 5G dari Huawei Asia-Pasifik, Moh Johan. | Foto: Cyberthreat.id/Oktarina Paramitha Sandy
Jakarta, Cyberthreat.id – Rencana Indonesia untuk mengadopsi jaringan 5G pada 2020 disambut baik oleh Huawei Indonesia. Raksasa telekomunikasi China itu mendukung penuh pembangunan ekosistem melalui serangkaian pelatihan 5G, Big Data, dan Artificial Intellegence (AI).
Ketika ditemui Cyberthreat.id, Pakar Jaringan 5G dari Huawei Asia-Pasifik, Moh Johan, mengutarakan, bahwa Indonesia belum telat jika ingin mengadopsi teknologi 5G. Bahkan, ia meyakini jika dengan mengadopsi 5G, penetrasi teknologi seperti AI, internet of things (IoT), virtual reality, dan lainnya akan menjadi lebih masif lagi.
Berikut cuplikan wawancara dengan Moh Johan saat ditemui di Jakarta, Kamis (10 Oktober 2019):
Mengapa Indonesia harus mengadopsi 5G?
Hadirnya 5G bertujuan untuk memberikan kecepatan data sebesar 10 hingga 100 kali lebih cepat dari jaringan 4G yang ada saat ini. Pengguna 5G dapat menikmati kecepatan unduhan pada gigabita per detik (Gb/s), jauh lebih besar dari puluhan megabita per detik (Mb/s) kecepatan 4G.
Itu menjadi menarik karena dengan menggunakan 5G banyak sekali teknologi yang bisa digunakan jika sebelumnya tidak bisa digunakan oleh jaringan 4G.
Ada beberapa teknologi yang hanya bisa digunakan dengan teknologi 5G ini. Misalnya, virtual reality yang termasuk augmented reality (hololens) dan mixed reality. Auto driving untuk kendaraan pribadi dan juga alat transportasi lainnya.
Penggunaan 5G ini juga bisa digunakan untuk teknologi telesurgery, yang mana di bidang kesehatan operasi bisa dilakukan jarak jauh dengan menggunakan robot operasi.
Telesurgery bisa dimanfaatkan oleh daerah-daerah yang terletak jauh dari kota dan kekurangan tenaga medis ahli. Kemudian, bisa juga dimanfaatkan untuk automation pada industri, di mana 5G memungkinkan seluruh perangkat di industri bisa dioperasikan secara otomatis.
Yang terakhir adalah penerapan Smartcity App yang digunakan untuk perangkat IoT yang menghubungkan seluruh perangkat melalui sensor-sensor yang ada.
Apakah bisa dikatakan penetrasi IoT akan semakin masif?
Dengan hadirnya 5G ini akan mendukung penetrasi IoT di seluruh sektor. Memang pada generasi sebelumnya yakni 4G, IoT memang bisa digunakan, hanya saja jumlah sensornya terbatas.
Dalam 5G jumlah sensor yang dapat terkoneksi lebih banyak, jika per mili meter pada 4G hanya sekitar 10.800 sensor yang bisa terhubung, pada 5G sensor yang bisa terhubung sebanyak 1 juta sensor perangkat IoT.
Hadirnya teknologi IoT sendiri diyakini dapat memudahkan proses bisnis, sehingga adopsinya lebih banyak digunakan oleh korporasi khususya yang memiliki model bussines-to-bussines.
Selain itu dengan mengadopsi 5G untuk pemanfaatan IoT pada industri diyakini akan meningkatkan tingkat pendapatan sebanyak 30 persen hingga 36 persen dan juga mengurangi tingkat kerugian yang mungkin dihadapi oleh industry saat memproduksi barang atau jasa.
Salah satu contoh penerapan IoT yang meningkatkan pendapatan adalah smart farming, saat ini memang masih menggunakan 4G, tapi harus diyakini dengan menggunakan 5G, pendapatan yang mungkin didapat akan lebih tinggi dari saat menggunakan IoT dengan jaringan 5G.
Bagaimana dengan keamanan dan kemungkinan ancaman siber?
Untuk keamanan setiap jaringan tentu memiliki standar keamanan dan juga ancaman yang berbeda-beda. 5G mempunya frekuensi bandwidth yang baru sehingga bagi para hacker yang ingin coba untuk menembus atau menyerang akan kesulitan karena harus mencari cara lebih baru untuk melakukan kejahatan siber.
Dan, juga ada beberapa fitur security yang hanya ada dalam 5G misalnya ada flexibel bandwidth, di mana setiap user hanya bisa menggunakan bandwidth-nya sehingga orang lain tidak bisa mengetahui apa yang dilakukan orang lain. Kemudian, ada lagi IP Security, pengamanan mulai dari awal transmisi sampai dengan end user.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: