
Huawei | Foto: en.gizchina.it
Huawei | Foto: en.gizchina.it
Cyberthreat.id – Huawei Technologies adalah momok bagi Amerika Serikat.
Perintah Presiden AS Donald Trump kepada Kementerian Perdagangan untuk memasukkan perusahaan China itu dalam daftar hitam telah berjalan selama empat bulan.
Tak ada tanda-tanda larangan itu dicabut meski sejumlah perusahaan teknologi telah mengajukan agar bisnis dengan Huawei dibuka kembali.
Namun, yang terjadi AS semakin ngotot agar sekutu-sekutunya di dunia, termasuk Eropa dan Australia juga Asia memblokir perangkat Huawei.
Di AS, Huawei sendiri memiliki anak perusahaan. Futurewei Technologies berada di Santa Carla, California. Sejak larangan itu keluar, para peneliti dan ilmuwan yang ditinggalkan di laboratorium Futurewei di AS secara teknis masih bekerja.
Namun, mereka semakin sedikit yang dapat dikerjakan.
Selama hampir 20 tahun, Futurewei telah menjadi tempat berpijak bagi Huawei di AS. Perusahaan ini berkembang dari staf kecil menggembung menjadi 850 orang. Mereka meneliti dan mengembangkan perangkat telekomunikasi inovatif dan penelitian jaringan seluler.
Mereka berusaha untuk mengembangkan teknologi terkemuka dan bermitra dengan universitas bergengsi, termasuk dengan Universitas of California, Berkeley, sebagai bagian dari program litbang tahunan Huawei.
Sejak iklim politik berubah menjadi permusuhan bagi Huawei, anak perusahaan itu terpukul hebat dan berdampak bagi sebagian besar stafnya. Bahkan, mereka harus memutuskan kontrak bisnis dengan mitranya.
Yang paling sadis, menurut ketentuan larangan daftar entitas, Futurewei dilarang mentransfer teknologi yang dikembangkannya kepada perusahaan induknya sendiri, demikian seperti dikutip dari Financial Times, Senin (30 September 2019).
Futurewei memang masih dapat berdagang dengan perusahaan Amerika.
Namun, perusahaan seperti Keysight Technologies, yang memproduksi peralatan dan perangkat lunak pengujian dan pengukuran elektronik, dan platform pengembang GitHub memilih untuk memutuskan hubungan dengan Futurewei. Beberapa universitas besar Amerika juga menghentikan proyek penelitian.
Kabar Bahagia dari Skandinavia
Tak semua sekutu AS mendukung dan mengiyakan ajakan penolakan terhadap Huawei.
Pemerintah Norwegia dikabarkan tidak akan melarang Huawei Technologies untuk memasok komponen dan perangkat telekomunikasi 5G-nya ke perusahaan-perusahaan di negara tersebut.
Telenor, perusahaan telekomunikasi Norwegia bermarkas di Fornebu, dekat Oslo, saat ini sedang dalam proses memilih pemasok untuk jaringan 5G. Mereka dikabarkan tidak akan membatasi diri pada perusahaan tertentu.
Nikolai Astrup, Menteri Digitalisasi Norwegia, mengatakan bahwa pemerintah Norwegia tidak melarang pemasok dari mana pun.
“Kami memberlakukan persyaratan keamanan umum pada perusahaan telekomunikasi dan bukan pada pemasok individu. Oleh karena itu, bukan masalah saat ini untuk mengecualikan pemasok individu,” kata Nikolai kepada situs web bisnis Norwegia e24 seperti dikutip dari Forbes yang diakses Senin (30 September 2019).
“Kami memiliki dialog yang baik dengan perusahaan telekomunikasi tentang persyaratan keamanan. Perusahaan akan melakukan penilaian risiko dan memilih pemasok peralatan mereka sendiri,” Nikolai menambahkan.
Pernyataan Nikolai itu menandai perubahan arah dari Norwegia. Kurang dari satu tahun yang lalu, Menteri Kehakiman saat itu Tor Mikkel Wara mengatakan secara terbuka bahwa pelarangan Huawei sedang dipertimbangkan.
Ini keputusan yang kemungkinan akan membuat marah Amerika Serikat yang sejak Mei lalu telah memasukkan Huawei dalam daftar hitam perusahaan yang dilarang. Huawei dilarang lantaran dugaan berisiko terhadap keamanan nasional. Namun, Huawei membantah hal itu berulang kali.
Sejak awal tahun ini, Presiden AS Donald Trump mengajak para sekutunya di seluruh dunia, termasuk Norwegia, untuk melarang Huawei.
Namun, lebih banyak negara Eropa tampaknya melakukan pemanasan ke Huawei. Menurut South China Morning Post, lebih dari setengah kontrak 5G komersial Huawei yang ditandatangani secara global adalah dengan operator Eropa.
Meski Dewan Keamanan Nasional Inggris mengumumkan "blokir prinsip" terhadap Huawei yang mengakses bagian-bagian penting dari infrastruktur jaringan negara itu, Pendiri dan Kepala Eksekutif Huawei Ren Zhengfei mengatakan, “Inggris tidak akan mengatakan tidak kepada kami dalam pilihan infrastruktur 5G yang akan datang di negara itu,” kata Ren Zhengfei.
Keamanan Polisi Norwegia sebelumnya meragukan Huawei untuk mengembangkan infrastruktur elektronik di Norwegia. Hal ini lantaran tidak ada kerja sama kebijakan keamanan antara Norwegia dan China. Namun, perusahaan China sudah hadir di tanah Norwegia. Huawei memiliki hubungan dengan perusahaan telekomunikasi raksasa milik negara Norwegia, Telenor, yang dimulai sejak 2009.
Telenor sudah memulai tes 5G di beberapa bagian Norwegia. Sementara Ericsson memasol untuk pilot project di Kota Elverum dan Kota Trondheim, Huawei memberikan peralatan untuk jaringan uji lain, termasuk satu sebagai bagian dari proyek penelitian 5G-VINNI Uni Eropa.
Perusahaan akan memilih pemasok teknologi 5G akhir tahun ini sebelum peluncuran 2020.
“Kami terbuka dengan semua orang. Semua orang dalam proses dan kita harus melihat apa yang kita pilih pada akhirnya. Kami terus melakukan dialog yang baik dengan pemerintah,” kata Petter-Boerre Furberg, CEO Operasi Telenor Norwegia.
Share: