
Logo Huawei di MWC Shanghai pada June 2019. | Foto: CNBC/Arjun Kharpal
Logo Huawei di MWC Shanghai pada June 2019. | Foto: CNBC/Arjun Kharpal
Shenzhen, Cyberthreat.id – Huawei Technologies mengatakan akan menginvestasikan US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21 triliun untuk pengembangan bisnis secara keseluruhan selama lima tahun ke depan.
Investasi tidak hanya berfokus pada perangkat lunak dan perangkat kerasnya sendiri. Hal itu disampaikan Deputy Chairman of Huawei Ken Hu Houkun di acara “Huawei Connect 2019” di Shenzhen, Rabu (18 September 2019) seperti dikutip dari CNBC.
Tahun ini Huawei mengalami masa-masa yang sulit ketika Amerika Serikat menempatkan perusahaan dalam daftar hitam sejak 15 Mei lalu. Dengan kondisi tersebut, gerak bisnis Huawei terbatas karena sulit untuk menjual atau membeli barang di AS.
Alasan pembatasan itu karena perangkat Huawei dianggap berisiko secara keamanan. AS juga meyakini perangkat telekomunikasi Huawei berkaitan dengan spionase pemerintah China. Namun, Huawei berulang kali membantah tuduhan itu.
Dengan gerak terbatas, Huawei kini tengah mencari cara untuk keluar dari “lubang jarum”. Huawei pun mulai menawarkan lisensi untuk teknologi nirkabel generasi kelima (5G).
Selama ini, terutama negara-negara Barat, khawatir dengan perangkat 5G Huawei, maka Huawei memilih untuk menawarkan lisensi teknologi nirkabel 5G. “Dengan memperoleh teknologi ini secara komersial, itu akan membantu mengurangi kekhawatiran,” kata Ken Hu seperti dikutip dari Bloomberg.
Ken Hu mengklaim saat ini telah meneken lebih dari 50 kontrak komersial untuk membangun standar nirkabel secara global. “China siap untuk menyelesaikan tahap pertama peluncuran 5G pada pertengahan 2020,” ujar dia.
Jalin developer
Huawei juga berencana menggandeng hingga 5 juta mitra developer (pengembang) perangkat lunak. Dengan membuat jaringan mitra itu, sejumlah perusahaan atau individu bisa mendukung pembuatan aplikasi yang berjalan pada arsitektur komputasi chip Kunpeng dan AI Huawei.
“Pekerjaan ini sudah dimulai dan kami telah menerima umpan balik yang sangat baik," kata Ken Hu. "Kami telah menerapkan strategi ini dan kami menantikan lebih banyak mitra yang bergabung dengan kami."
Huawei bukan perusahaan pertama yang mencoba dan membangun perangkat lunak sendiri untuk smartphone yang dijualnya. Samsung dan Microsoft telah berupaya membuat program sendiri untuk bersaing dengan sistem Android dan iOS. Namun, mereka tidak dapat menemukan cukup pengembang untuk membangun aplikasi di platform mereka.
Share: