
Stan Huawei di pameran industri di Nanjig, Jiangsu, China, beberapa waktu lalu. | Foto: China Daily
Stan Huawei di pameran industri di Nanjig, Jiangsu, China, beberapa waktu lalu. | Foto: China Daily
Cyberthreat.id – Konflik Amerika Serikat dengan Huawei Technologies semakin melebar setelah pemerintah AS menangkap seorang profesor asal China pada 14 Agustus 2019 di Texas.
Profesor tersebut dituding oleh otoritas kejaksaan setempat atas dugaan penipuan karena mengambil komponen teknologi dari sebuah perusahaan California untuk diberikan kepada Huawei.
Namun, lelaki bernama Bo Mao itu akhirnya dibebaskan enam hari setelah penangkapan dengan uang jaminan sebesar US$ 100.000 atau sekitar Rp 1,4 miliar. Mao juga menyetujui untuk melanjutkan kasus tersebut di New York, menurut dokumen pengadilan, demikian seperti dikutip dari Reuters, Senin (9 September 2019)
Pada 28 Agustus lalu, Mao menolak tudingan konspirasi itu saat sidang di Pengadilan Distrik AS di Brooklyn, New York.
Berita Terkait:
Menurut pengaduan ke penegak hukum, Mao dituding telah meneken kontrak dengan perusahaan teknologi California yang tidak disebutkan namanya untuk mendapatkan papan sirkuit. Padahal, Mao mengatakan, papan sirkuit itu untuk penelitian akademis.
Mao, seorang profesor di Universitas Xiamen di China yang juga menjadi profesor tamu di sebuah universitas Texas pada musim gugur lalu. Ia pertama kali mendapatkan perhatian publik ketika kasus perdata antara Huawei dan startup Silicon Valley, CNEX Labs Inc.
Pada Desember 2017, Huawei menggugat CNEX dan mantan karyawannya, Yiren Huang, atas tudingan mencuri rahasia dagang. Huang, mantan manajer teknik di anak perusahaan Huawei AS, membantu memulai CNEX pada 2013 tiga hari setelah keluar dari Huawei.
CNEX pun menggugat balik dan menuding Mao telah meminta salah satu papan sirkuit untuk proyek penelitian. Namun setelah mengirim papan itu ke sang profesor, menurut CNEX, Mao menggunakannya untuk penelitian yang terkait dengan Huawei.
Berita Terkait:
Kasus itu berakhir pada bulan Juni 2019. Juri tidak menemukan CNEX mencuri rahasia dagang, tetapi memutuskan Huang melanggar kontrak kerjanya dengan tidak memberi tahu perusahaan paten yang diperolehnya dalam satu tahun setelah keluar.
Sementara, Juri menyatakan dalam hal ini Huawei tidak dirugikan dan tidak wajib memberikan ganti rugi. Juri juga mendapati Huawei menyalahgunakan rahasia dagang CNEX, tetapi juga tidak memberikan ganti rugi pada klaim itu.
Meski perusahaan belum dituntut, Huawei mengatakan pihaknya memandang kasus terhadap Mao sebagai contoh terbaru dari "penuntutan selektif" pemerintah AS.
Berita Terkait:
Huawei mengatakan pemerintah AS telah melakukan upaya bersama untuk mendiskreditkan perusahaan dan mengekang industrinya.
Sebelumnya, Pemerintah AS juga telah melobi pemerintah lain untuk melarang peralatan Huawei dan melarang perusahaan AS memasok komponen teknologi kepada Huawei.
Share: