
Amazon | Foto : Globes
Amazon | Foto : Globes
Washington,Cyberthreat.id - Lazimnya, untuk menciptakan brand image yang postif bagi perusahaan, setiap perusahaan biasanya memanfaatkan influencer media sosial, ataupun menggunakan media konvensional maupun online untuk mempromosikan produk ataupun mencipatakan brand yang positif.
Namun, kelaziman ini, tidak terjadi di Amazon, sebuah perusahaan raksasa yang bergerak di e-commerce maupun di Teknologi Informasi yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS).
Dilaporkan New York Times, Jumat (16 Agustus 2019), Amazon merekrut karawannya sendiri, untuk menjadi pasukan Twitter. Para Karyawan yang bekerja untuk menciptakan brand yang positif bagi perusahaan tersebut, dinamakan Duta FC.
Mereka sekaligus karyawan dan juga sebagai Public Ralations (PR) bagi perusahaan. Tugas mereka adalah meng-counter informasi negatif tentang Amazon di media sosial.
“Ketika para duta melihat orang lain di media sosial membahas kondisi kerja yang brutal di pusat-pusat pemenuhan Amazon, tindakan anti-serikat pekerja atau hal lain yang tidak menarik tentang perusahaan, mereka melangkah untuk menawarkan perspektif yang positif di lapangan,” tulis New York Times.
Salah seorang karyawan yang tergabung dalam kelompok Duta Fc, Hannah, menulis di akun media sosialnya, terkait salah satu informasi yang menggambarkan perlakuan buruk terhadap pekerja Amazon.
"Saya juga menderita depresi, dan pada satu titik saya ingin keluar dari Amazon. Tapi saya menyadari itu adalah kesalahan saya untuk masalah yang saya hadapi, dan bukan masalah Amazon. Saya diizinkan untuk berbicara dengan orang-orang, tetapi kadang-kadang saya tidak mau. Sekarang saya memiliki beberapa rekan kerja yang hebat untuk bermalam,” tulis Hannah.
Bahkan, seorang duta lainnya, yang bernama Rafael, menanggapi tuduhan yang menyebut, para karyawan yang telah menjadi robot di Amazon.
"Itu akan menjadi teknologi gila untuk membentuk pemikiran. Saya sebenarnya seorang yang dipilih di dalam duta FC, dan diberi kesempatan untuk menjadi duta besar di sini,” tulisnya.
Di sisi lain, pihak Amazon tidak menjawab pertanyaan tentang berapa banyak duta besar yang dipekerjakannya atau bagaimana tepatnya pekerjaan mereka. tetapi, hanya secara diplomatis mengungkapkan, bahwa Duta FC adalah karyawan yang bekerja di Amazon, dan berbagi fakta berdasarkan pengalaman pribadi.
“Sangat penting bagi kami untuk melakukan pekerjaan dengan baik dalam mengedukasi orang-orang tentang lingkungan aktual di dalam pusat pemenuhan kami, dan program duta besar FC adalah bagian besar dari itu bersama dengan tur FC yang kami sediakan,” kata Lindsay Campbell, Juru Bicara Amazon.
Namun, yang menjadi persoalan, akun yang dipegang oleh para duta FC tersebut, dapat berpindah tangan, dan berubah-ubah. Misalnya, yang dulu milik Leo, kemudian mengubah nama tampilan dan pegangannya menjadi Ciera. Yang bernama Rick, menjadi James, dan Michelle telah berubah menjadi Sarah.
Lizz Kannenberg, direktur strategi merek di Sprout Social mengatakan, praktek ini muncul sebagai alternatif pemasaran influencer, di mana akun populer di media sosial dibayar untuk menjajakan produk atau merekomendasikan layanan.
"Orang-orang yang bekerja di sebuah perusahaan seperti orang-orang yang Anda coba jangkau, mereka adalah perpanjangan identitas merek daripada pendukung produk. Tetapi menggunakan karyawan untuk mengatasi kritik adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat dilakukan dengan sukses sebelumnya," katanya.
Jonathan Albright, Direktur Digital Forensics Initiative di Tow Center for Digital Journalism, mengatakan bahwa pesan yang disebarkan akun tidak naik ke tingkat disinformasi.
Namun dia mengatakan, praktik itu bisa menipu dalam teori dan berpotensi melibatkan komponen informasi yang salah. Dia mengatakan bahwa dia lebih suka merujuk kampanye dengan menyebutnya sebagai Dark Art PR.
Share: