
Ilustrasi | FREEPIK.COM
Ilustrasi | FREEPIK.COM
Jakarta, Cyberthreat.id - Konten hoaks yang beredar di media sosial sejak Agustus 2018 hingga 11 April 2019, dua hari sebelum masa akhir kampanye pemilu (13 April), telah mencapai 1.386 konten.
Dari data yang dikumpulkan oleh mesin AIS yang dimiliki Kementerian Komunikasi dan Informatika tersebut, konten hoaks kategori politik yang paling banyak dengan jumlah 383 konten. Sementara, konten kategori pendidikan yang paling sedikit dengan jumlah enam konten.
Perincian untuk konten hoaks kategori lain, yaitu kesehatan (197), pemerintahan (187), fitnah (155), kejahatan (102), agama (89), bencana alama (81), mitos (53), penipuan (40), internasional (39), lain-lain (40), dan perdagangan (14).
Baca: Perangi Hoaks, Chatbot Siap Layani Verifikasi Informasi
Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu, mengatakan, untuk mengecek konten hoaks atau bukan, Kominfo bekerja sama dengan Prosa merilis aplikasi Chatbot.
"Saat ini aplikasi ini baru tersedia di Telegram, tapi rencana sepekan ke depan Chatbot akan tersedia di Line dan WhatsApp," ujar Ferdinandus, yang biasa dipanggil Nando, kepada Cyberthreat.id, Sabtu (13/4/2019).
Menurut dia, sebetulnya selama ini masyarakat bisa mengecek langsung sebuah konten itu hoaks atau bukan melalui mesin pencari, Google. Memang hal itu butuh waktu dan usaha yang serius.
"Cuma kan ingin tahu itu infirmasi hoaks atau bukan kok ribet banget dan bikin susah. Akhirnya, sudahlah kami bikin aplikasi Chatbot," kata Nando.
Pengguna hanya perlu menambahkan @chatbotantihoax, lalu memasukkan informasi yang ingin diketahui dan akan muncul jawaban informasi termasuk hoaks atau bukan.
“Ketika seseorang dapat informasi, dia masukkan ke dalam Chatbot antihoaks, nanti mesin akan menjawab informasi tersebut yang diambil dari Kominfo dan Mafindo," kata dia.
Share: