
Seorang wanita yang sedang menikmati konten digital | Foto: Faisal Hafis
Seorang wanita yang sedang menikmati konten digital | Foto: Faisal Hafis
Jakarta, Cyberthreat.id - Penulis buku dan blogger, Alitt Susanto, mengkritik kinerja Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang berencana mengawasi konten digital seperti YouTube, Netflix, Facebook dan semacamnya. Alitt melalui akun Twitter-nya @shitlicious menilai tindakan KPI sebagai solusi yang dangkal dan tak pernah menyelesaikan masalah.
Selama ini, kata dia, KPI tidak pernah maksimal menjalankan fungsi pengawasan konten di televisi lalu kemudian mencoba masuk ke konten digital di ruang siber yang begitu luas.
"Dengan pengawasan KPI, gue bisa melihat sendiri kualitas konten di TV seperti apa. Itulah kenapa gue kabur nonton konten2 Netflix & Youtube. Kalo Netflix & Youtube mau difilter juga sama KPI, aku kecewa. Gak siap liat Uya Kuya di Netflix," cuitan Alitt Susanto pada Rabu (7 Agustus 2019).
Konten digital tidak sama dengan konten televisi. Alitt mengatakan KPI blunder ketika hendak menyensor YouTube dan sebagainya karena konten digital biasanya bisa di setting memiliki mode terbatas untuk bisa dinikmati anak-anak maupun orang dewasa.
Sedangkan konten televisi di Indonesia banyak salah arah serta perilaku yang kerap melanggar etika dibiarkan. Alitt mengkritik keras tayangan TV lokal maupun nasional yang menjual drama, kontroversi dan air mata.
"Youtube ada Youtube for kids, Netflix pun juga ada konten utk anak2. Kalo gara2 orang tua teledor yg gak bisa mengatur apa yg boleh ditonton anak, lalu efeknya adalah konten orang dewasa dibabat, ya ngonted aja lo pada. Di Indonesia, orang dewasa gak boleh nonton konten dewasa?."
"Mendidik itu tugas ortu, bukan tanggung jawab content creator. Sok-sokan ngomongin konten yg mendidik, liat aja TV lokal yg isinya acara jualan air mata, jualan drama & kontroversi. Masih subur sejak kapan tau."
Alitt juga memaparkan bagaimana standar ganda KPI dalam melakukan sensor. Di televisi, kata dia, masih banyak beredar tayangan gosip yang isinya konflik, saling fitnah, saling sindir bahkan urusan rumah tangga orang malah tayangannya langgeng.
Sementara KPI pernah menyensor acara TV berisi gulat/wrestling yang tayang dini hari. Akibat adanya laporan tayangan tersebut mengandung kekerasan dan bahaya karena ditiru anak-anak, KPI lalu menyetop acara yang tayang tengah malam.
"Kalo bocah nonton TV tengah malem tanpa pengawasan, ortunya ngapain?!
Yg disalahin stasiun TV-nya."
"Apa masyarakat menikmati orang ribut? Sehingga gak ada laporan? Sehingga KPI gak menghentikan acara semacam itu?
This is weird in sooo many levels."
Share: