
Kepala BSSN Mayjen (Purn) Djoko Setiadi (kedua dari kanan) saat konferensi pers di Media Center BSSN, Jumat (12/4/2019) | Arif Rahman
Kepala BSSN Mayjen (Purn) Djoko Setiadi (kedua dari kanan) saat konferensi pers di Media Center BSSN, Jumat (12/4/2019) | Arif Rahman
Jakarta, Cyberthreat.id - Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Mayjen (Purn) Djoko Setiadi meminta platform media sosial yang beroperasi di Indonesia menegakkan lima pilar keamanan demi menciptakan suasana kondusif di Pemilu 2019.
Lima pilar keamanan merupakan kesepakatan bersama hasil diskusi BSSN bersama Facebook pada Jumat (12/4/2019) untuk mendukung kelancaran dan keamanan pesta demokrasi di Tanah Air 17 April 2019.
Djoko juga menagih keseriusan platform medsos bertindak sigap menangani hoaks dan konten negatif di berbagai level terutama yang sudah mengancam keamanan negara. Menurut dia, penanganan harus bersifat kolaboratif.
"Kami minta Facebook mencegah konten negatif tidak hanya menunggu laporan saja, tapi harus reaktif juga," kata Djoko saat konferensi pers di Gedung BSSN, Ragunan, Jakarta Selatan, Jumat (12/4/2019).
Kelima pilar keamanan adalah menyapu akun-akun palsu, mengurangi distribusi dan berita yang tidak benar dan tidak valid, transparansi iklan politik, menjegal para perusuh atau bad actors hingga memberikan diseminasi informasi dan sosialisasi melalui platform masing-masing.
Empat platform raksasa yang beroperasi di Indonesia telah dipanggil oleh BSSN. Sebelumnya BSSN memanggil Twitter hingga Facebook yang menaungi dua platform besar yakni Instagram dan WhatsApp.
"Jadi yang besar-besar itu sudah kita panggil. Artinya kita rangkul semua karena sebelumnya Twitter sudah dan sekarang giliran Facebook," ujarnya.
Facebook Menyanggupi
Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari menyatakan komitmennya melaksanakan lima pilar keamanan.
Selama ini Facebook mengaplikasikan keamanan dengan mengaktifkan mesin Artificial Intelegence (AI) dan sistem human reviewer yang menggunakan tenaga manusia untuk mengontrol konten.
"Sebenarnya selama ini kami sudah proaktif terhadap konten-konten tersebut. Mesin AI dan human reviewer kami bekerja dengan baik dan itu telah kami lakukan sejak Pilkada tahun (2018) lalu," kata Ruben.
Meski demikian Ruben mengakui besarnya jumlah pengguna Facebook di Indonesia menjadi salah satu kendala keterbatasan mesin AI dan human reviewer. Menurut catatan Facebook saat ini pengguna aktifnya mencapai 110 juta.
"Kalau kerja sama berbagai pihak sudah kami lakukan mulai Kominfo, KPU, Bawaslu hingga BSSN. Nah, besarnya pengguna, maka kami meminta laporan dari user. Konten video, teks, foto atau apapun bisa dilaporkan kalau melanggar," ujarnya.
Share: